Siap-siap! Konflik Rusia-Ukraina Ancam Inflasi AS 10%, Harga Minyak Meroket

Siap-siap! Konflik Rusia-Ukraina Ancam Inflasi AS 10%, Harga Minyak Meroket

Anisa Indraini - detikFinance
Jumat, 18 Feb 2022 09:19 WIB
The U.S. Capitol is seen between flags placed on the National Mall ahead of the inauguration of President-elect Joe Biden and Vice President-elect Kamala Harris, Monday, Jan. 18, 2021, in Washington.
Foto: AP/Alex Brandon
Jakarta -

Biaya hidup sudah sangat tinggi di Amerika Serikat (AS). Konflik Rusia-Ukraina dinilai bisa membuatnya jadi lebih buruk bahkan bisa mendorong inflasi melebihi 10%.

Hal itu akan terjadi jika krisis Rusia-Ukraina mendorong harga minyak menjadi US$ 110 per barel. Saat ini harga minyak telah melonjak jauh di atas US$ 90 per barel dalam beberapa pekan terakhir karena risiko invasi Rusia telah meningkat.

Jika benar AS akan menghadapi inflasi 10%, maka itu akan menjadi yang tertinggi sejak Oktober 1981. "Kita berbicara tentang kejutan jangka pendek yang nyata," kata Kepala Ekonom di RSM, Joe Brusuelas dikutip dari CNN, Jumat (18/2/2022).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Untuk diketahui, Rusia adalah produsen minyak dan gas alam terbesar kedua di dunia serta menjadi pasokan minyak global. Konflik ini datang pada saat pasar energi dunia sedang berjuang untuk memenuhi permintaan.

JPMorgan telah memperingatkan bahwa gangguan apa pun pada aliran minyak Rusia akan dengan mudah membawa harga minyak ke US$ 120 per barel.

ADVERTISEMENT

"Akan ada kejutan terhadap kepercayaan konsumen dan berkurangnya investasi perusahaan," tutur Brusuelas.

Harga minyak meroket. Cek halaman berikutnya.

Harga Minyak Naik

Harga minyak AS mencapai US$ 95 per barel pada Senin (14/2) untuk pertama kalinya sejak 2014. Di sisi lain minyak mentah berbalik arah pada Selasa, turun di bawah US$ 92 per barel di tengah harapan de-eskalasi antara Rusia dan Ukraina.

Tingkat inflasi saat ini harga konsumen melonjak 7,5% pada Januari dari tahun sebelumnya. Jumlah itu adalah yang tertinggi sejak Februari 1982. Tingginya biaya hidup telah sangat membebani sentimen konsumen.

Lonjakan inflasi kemungkinan akan memberikan tekanan baru pada bank sentral (The Federal Reserve/The Fed) untuk meningkatkan perjuangannya mengendalikan harga dengan menaikkan suku bunga secara signifikan.

"Ini akan menyebabkan Federal Reserve mempercepat laju normalisasi kebijakannya. Anda akan mendengar lebih banyak tentang kenaikan 50 basis poin," kata Brusuelas.


Hide Ads