Mantan Menteri BUMN Dahlan Iskan yakin konflik yang terjadi antara Rusia dan Ukrania tidak akan menjadi Perang Dunia ke-III. Seperti diketahui, sejak kemarin Rusia telah memborbardir Ukrania, namun menurutnya Ukrania tak akan mampu membalas.
Padahal, menurut Dahlan, Ukraina sebenarnya punya kekuatan senjata nuklir peninggalan Uni Soviet. Di masa lalu, Soviet memang membangun sepertiga nuklirnya di wilayah Ukraina. Sedangkan kalau diperbandingkan di dunia, besarnya kekuatan senjata nuklir ada di nomor tiga di dunia. Tapi sayangnya nuklir itu tak bisa digunakan.
"Ukraina sebenarnya punya kekuatan senjata nuklir nomor tiga terbesar di dunia. Bukan main. Yakni nuklir peninggalan Rusia (d/h Uni Soviet). Anda sudah tahu: sepertiga nuklir Soviet dibangun di wilayah Ukraina. Hanya sedikit yang dibangun di Belarusia dan Kazakhstan. Yang terbanyak tetap berada di Rusia," tulis Dahlan dalam catatannya di Disway.id, Jumat (25/2/2022).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Nuklir yang ada di Ukraina, menurutnya, tidak boleh lagi digunakan oleh yang berkuasa di sana. Kunci untuk menghidupkan nuklir itu pun sebetulnya tak dipegang oleh Presiden Ukrania saat ini. Malah menurutnya, kunci untuk mengaktifkan senjata nuklir itu pun sebenarnya sudah hilang.
"Password untuk menghidupkan nuklir itu pun tidak di tangan presiden Ukraina. Password itu dipegang organisasi negara-negara bekas Uni Soviet. Jangan-jangan password itu pun sudah hilang. Sudah 30 tahun berlalu. Atau jangan-jangan sudah dihilangkan," papar Dahlan.
"Walhasil, sebagai negara dengan senjata nuklir terbesar ketiga di dunia, Ukraina tidak bisa apa-apa," tegasnya.
Seorang pengamat militer di Amerika Serikat (AS), menurut Dahlan pernah mengatakan untuk bisa menghidupkan senjata nuklir itu pun setidaknya Ukraina perlu persiapan selama 12 bulan. Itu pun Ukraina harus memegang kunci untuk mengaktifkan senjata nuklirnya.
Masalah kunci senjata nuklir itu, negara-negara Barat pun ternyata ikut menguncinya. Memang saat Ukraina mencari pengakuan kemerdekaan, para negara barat setuju mengakui kemerdekaan Ukraina dengan satu syarat.
Syarat itu adalah Ukraina tidak boleh menjadi negara nuklir. Ukraina pun setuju. Lalu merdeka dan dapat pengakuan dari Barat dan dunia.
Ukraina mau gabung NATO, tapi Rusia keberatan. Cek halaman berikutnya.
Ukraina pun sebagai negara dengan poros barat sudah terus mendesak agar segera diterima sebagai anggota NATO. Tapi Rusia keberatan dengan ancaman kalau bekas wilayah strategisnya itu bergabung ke musuh lamanya.
Negara-negara NATO pun tak kunjung menerima Ukraina. Dengan adanya serangan ini pun, negara-negara barat lewat NATO tak bisa memberikan bantuan apapun langsung ke Ukraina. Walhasil Ukrania tak punya 'bekingan' dalam konflik dengan Rusia saat ini.
"Tanpa nuklir dan tanpa NATO, Ukraina bukan siapa-siapa. Ia bukan negara yang mampu mempertahankan diri," kata Dahlan.
Nah, karena Ukraina nampaknya tak mampu membalas serangan Rusia, apalagi dengan senjata nuklir, Dahlan menilai konflik yang saat ini terjadi dinilai tak akan menjadi Perang Dunia ke-III.
"Inilah faktor yang membuat konflik di Ukraina tidak akan menjadi Perang Dunia ke-III," ujar Dahlan.Dahlan Iskan |
Di sisi lain, sebenarnya kalau ditarik secara historis Ukraina sudah mendapat jaminan keamanan, yaitu Perjanjian Budapest. Amerika, Jerman, Inggris, dan Rusia sendiri yang memberikan jaminan itu.
Isi jaminannya, apabila Ukraina setuju mengunci nuklirnya, empat negara itu menjamin keamanannya. Namun, permintaan itu bagaikan tidak ada yang menggubris.
"Ukraina sudah berkali-kali menagih janji itu. Tapi Ukraina tidak punya debt collector yang menakutkan. Terbukti Semenanjung Krimea yang begitu strategis, diambil begitu saja oleh Rusia. Tanpa ada perlawanan. Itu karena Rusia mengerahkan kapal-kapal perang yang di dalamnya ada senjata nuklirnya. Empat kapal jenis itu parkir di laut dekat Krimea," ungkap Dahlan.
(hal/ara)