Beberapa waktu itu persoalan pangan di Indonesia makin pelik. Salah satunya masalah tingginya harga kedelai yang Indonesia sendiri lebih banyak impor untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri.
Perajin tahu dan tempe mengeluhkan kenaikan harga kedelai impor yang naik 1-3 kali setiap minggunya. Kenaikan harga bahan baku itu membuat ongkos produksi tahu tempe semakin besar.
Hal ini diungkapkan oleh Ketua Umum Gabungan Koperasi Tahu Tempe Indonesia (Gakoptindo) Aip Syarifuddin beberapa waktu lalu.
"Harga dari importir sekarang pada umumnya naik, naik itu bisa 1-3 hari sekali naik. Pernah kemarin seminggu 7 hari, itu (harga kedelai) naiknya sampai 5 kali," kata Aip dalam konferensi pers virtual yang diadakan Kemendag, Jumat (11/2/2022).
Aip mengungkap harga kedelai bagi perajin berada di rentang Rp 11.000-12.000 per kilogram (kg). Padahal harga kedelai pernah berada di rentang harga Rp 5.000-10.000 kg.
Menurutnya yang menjadi masalah perajin tahu tempe, kenaikan harga terjadi dalam hitungan hari. Setiap hari kenaikan harga mulai dari rentang Rp 50-200 per kg.
"Sekarang harga kedelai naik terus setiap hari oleh importir. Rata-rata naik Rp 100, kadang Rp 50, kadang Rp 200 tergantung harga kedelai global di Amerika dan Brasil," kata Aip.
Imbas dari tingginya harga kedelai impor yang terus meningkat, menyebabkan sekitar 30 ribu perajin tahu tempe gulung tikar. Angka itu 20% dari 195 ribu perajin tahu tempe rumahan.
Berambung ke halaman selanjutnya.
(dna/dna)