Gubernur DKI Jakarta Anies Rasyid Baswedan semringah Jakarta tidak masuk jajaran kota 10 besar termacet di dunia. Menurutnya Jakarta terus mengalami perbaikan dalam hal kemacetan.
Berdasarkan laporan Tomtom Traffic Index, pada 2017, Jakarta ada di peringkat empat kota paling macet di seluruh dunia. Menurut Anies di 2018, Jakarta melakukan transformasi, peringkat kemacetan pun turun menjadi nomor tujuh di dunia.
"Ini masih 10 besar. Kami tidak suka ada di 10 besar ini. Kami ingin di luar itu," jelasnya, dalam bincang virtual, Selasa (01/02/2022).
Lalu pada 2019, Jakarta berada di peringkat 10 dan akhirnya di 2020 Jakarta berada di luar 10 besar kota termacet di dunia dengan menempati peringkat 31.
"Pada 2021 kita turun lagi ke nomor 46. Bayangkan dalam waktu lima tahun kita turun dari posisi ke empat kota termacet di dunia sekarang berada di posisi 46 di dunia," katanya.
Anies yakin pencapaian tersebut karena dukungan masyarakat yang mengubah rutinitas hariannya, yang tadinya menggunakan angkutan pribadi kini memilih untuk naik angkutan umum.
Anies menyampaikan Pemerintah Jakarta ingin mempercepat Jakarta menerapkan clean mobility. Sebagai bentuk kepedulian terhadap iklim dengan mengurangi emisi gas rumah kaca. Transportasi listrik pun tengah disiapkan untuk mendukung program ini.
Pemerintah Provinisi (Pemrov) DKI Jakarta memang tengah berupaya menjadikan Jakarta sebagai kota Net-Zero Emission di 2050. Salah satu upayanya dengan menggenjot kendaraan listrik.
Anies mengungkapkan dengan mengubah armada Transjakarta menjadi bus bertenaga listrik bisa menjadi solusi.
"Kami akan memperbesar armada Transjakarta dan mengubahnya menjadi listrik," jelasnya.
Lanjut di halaman berikutnya.
Simak Video 'Anies Klaim Tingkat Kemacetan DKI Turun dalam 5-6 Tahun Terakhir':
(das/das)