Sudah Operasi Sejak 2015, Tol Laut Bisa Apa?

Sudah Operasi Sejak 2015, Tol Laut Bisa Apa?

Herdi Alif Al Hikam - detikFinance
Selasa, 29 Mar 2022 20:00 WIB
Presiden Jokowi menggelar Tol Laut sejak 2015 untuk memperlancar arus barang ke daerah, terutama terpencil. PT Pelni dipercaya menjalankan program Tol Laut ini.
Foto: Dok. PT Pelni

Menjawab keraguan anggota dewan, Plt Dirjen Perhubungan Laut Kementerian Perhubungan Mugen Sartoto menyatakan program Tol Laut sudah memberikan imbas berupa ketersediaan dan keterjangkauan harga kebutuhan pokok di daerah terpencil.

"Kami juga evaluasi operasional, efek sudah dapat dirasakan seperti indikator yang sudah dipaparkan Pelni. Banyak disparitas harga turun di banyak wilayah yang jadi pelabuhan singgah tol laut," ungkap Mugen Sartoto.

Hanya saja, dia mengaku memang program ini belum sepenuhnya berjalan optimal. Dia tak menampik masih banyak ruang untuk dilakukan evaluasi dan optimalisasi pada program Tol Laut.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Kami bisa sampaikan memang sejauh ini belum sepenuhnya optimal. Artinya masih ada ruang untuk kami optimalkan pak," tegas Mugen Sartoto.

Mugen menyatakan sejauh ini pun sejumlah pemerintah daerah pun banyak yang meminta agar kuantitas barang yang dibawa Tol Laut diperbanyak. Hal itu menurutnya, menunjukkan program ini telah dirasakan masyarakat dan ingin lebih ditingkatkan.

ADVERTISEMENT

"Dengan rakor terakhir di Kemendag, itu banyak Pemda meminta lebih ruangan karena permintaan meningkat. Tetap kami sampaikan masih banyak ruang dilakukan peningkatan optimalisasi tol laut ini," papar Mugen Sartoto.

Sementara itu, Direktur Usaha Angkutan Barang dan Tol Laut PT Pelni (Persero) Yossianis Marciano mengatakan manfaat langsung tol laut sudah terasa berupa ketersediaan barang dan kebutuhan pokok bagi masyarakat di daerah terpencil.

Ujungnya, fluktuasi harga dan disparitas harga barang-barang di daerah terpencil bisa berkurang. Akhirnya, harga barang pokok makin murah.

"Manfaat langsungnya, berupa ketersediaan barang kebutuhan pokok dan penting lebih terjamin. Apalagi beberapa rute ini berada di kawasan 3T dan perbatasan," ungkap Yossi dalam rapat yang sama.

"Kami juga mencatat berkurangnya fluktuasi harga jadi logistic cost jadi menurun dibandingkan sebelumnya," lanjutnya.

Dalam data yang dipaparkan Yossi, beberapa harga barang di daerah-daerah 3T makin murah. Misalnya, di Kabupaten Mimika harga tepung terigu turun 35%, dari awalnya Rp 12 ribu per kg menjadi Rp 7.800 per kg.

Kemudian ada juga daging ayam ras di Kabupaten Buru turun sebanyak 45,4% dari awalnya Rp 55 ribu per kg menjadi Rp 30 ribu per kg. Kemudian di Kabupaten Muna, harga kedelai turun 36%, dari awalnya Rp 15 ribu per kg menjadi Rp 9.600 per kg.

Sementara itu di Kabupaten Morowali, harga semen turun 25%, dari awalnya Rp 80 ribu per sak menjadi Rp 60 ribu per sak. Lalu di Kabupaten Natuna, pakaian jadi yang awalnya seharga Rp 73 ribu satuan menjadi Rp 40 ribu.

Di Kabupaten Halmahera Utara harga garam turun 50%, dari awalnya Rp 5 ribu per kg menjadi Rp 2.500 per kg. Kemudian di Kabupaten Halmahera Timur, harga bawang merah dan daging ayam juga turun.

Harga bawang merah turun dari awalnya Rp 50 ribu per kg menjadi Rp 30 ribu per kg dan harga daging ayam ras dari awalnya Rp 50 ribu per kg menjadi Rp 30 ribu per kg.


(hal/dna)

Hide Ads