Harga pangan global telah mengalami lonjakan dipicu pandemi COVID-19 hingga masalah iklim. Kondisi ini diperparah oleh perang Rusia dan Ukraina yang memicu lonjakan bahan bakar.
Kombinasi masalah tersebut dapat menghasilkan ketidakstabilan politik. Sebab, orang-orang sudah frustrasi dengan para pemimpin pemerintah yang terdesak oleh kenaikan harga.
"Ini sangat mengkhawatirkan," kata Rabah Arezki, seorang rekan senior di Harvard Kennedy School dan mantan Kepala Ekonom di African Development Bank dikutip dari CNN, Senin (11/4/2022).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kerusuhan di Sri Lanka, Pakistan, dan Peru seminggu terakhir menunjukkan risikonya. Di Sri Lanka, protes meletus karena kekurangan gas dan barang kebutuhan pokok lainnya.
Inflasi dua digit di Pakistan telah mengikis dukungan untuk Perdana Menteri Imran Khan, memaksanya turun dari jabatannya.
Sedikitnya enam orang tewas dalam protes anti-pemerintah baru-baru ini di Peru yang dipicu oleh kenaikan harga bahan bakar. Namun konflik politik diperkirakan tidak terbatas pada negara-negara ini.
"Saya rasa orang belum merasakan dampak penuh dari kenaikan harga," kata Hamish Kinnear, analis Timur Tengah dan Afrika Utara di Verisk Maplecroft.
Saksikan juga: Produk UMKM Tembus Gerbang Afrika Lewat Mesir