Sialnya Alibaba! Mau Susul Amazon Malah Dijegal Pemerintah China

Sialnya Alibaba! Mau Susul Amazon Malah Dijegal Pemerintah China

Herdi Alif Al Hikam - detikFinance
Kamis, 21 Apr 2022 09:15 WIB
Fitur Pengenal Wajah Uighur Alibaba Tuai Kontroversi
Foto: DW (News)
Jakarta -

Raksasa e-commerce China, Alibaba Group hampir saja menyusul Amazon.com sebagai platform marketplace online terbesar. Alibaba telah berhasil menggunakan hubungan pelanggan dan kecakapan teknologinya untuk mendominasi petak luas lanskap internet.

Dilansir dari Bloomberg, Kamis (21/4/2022), valuasi pasar Alibaba telah melonjak menjadi lebih dari US$ 850 miliar pada tahun 2020. Perusahaan yang dipimpin Jack Ma ini berhasil berekspansi ke bisnis baru dan mulai mengejar kesenjangan dengan saingannya di AS, Amazon.

Sialnya tindakan keras pemerintah China yang berpusat di Beijing terhadap sektor swasta telah menyia-nyiakan semua strategi dan pengembangan yang dilakukan Alibaba.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Operasi e-commerce inti Alibaba dikepung oleh regulator, sementara bagian keuangannya terpaksa mundur dari beberapa inisiatifnya yang paling menguntungkan.

Masalah baru-baru ini muncul dari operasi komputasi penyimpanan cloud-nya, Aliyun, atau yang sering disebut sebagai AliCloud.

ADVERTISEMENT

Komputasi cloud adalah bagian penting dari formula Amazon, dengan Amazon Web Services-nya mengeluarkan begitu banyak uang sehingga dapat mensubsidi bisnis e-commerce dan mendanai inisiatif baru yang mungkin tidak membuahkan hasil selama bertahun-tahun.

Alibaba pun inginnya bisnis cloud-nya melayani fungsi yang hampir sama, menjadikannya sebagai salah satu pilar strategis perusahaan. Tetapi Beijing telah menggagalkan rencana ambisius Alibaba yang menunjukkan raksasa teknologi China itu mungkin tidak akan pernah mencapai kesuksesan di level yang sama dengan Amazon.

Dalam beberapa tahun terakhir, pemerintah China semakin fokus pada penggunaan dan keamanan data, dan menyatakan data sebagai faktor produksi yang kritis. Menjadikan pertahanannya sebagai prioritas bagi pemerintah.

Kebijakan itu mengharuskan perusahaan dan lembaga pemerintah untuk menjaga data mereka sebagai masalah keamanan nasional.

Lanjut di halaman berikutnya.

Sejumlah besar institusi China, termasuk China Construction Bank dan kotamadya setempat, telah menanggapi dengan bergerak lebih dekat ke platform cloud yang didukung negara daripada yang dilakukan oleh perusahaan swasta seperti Alibaba.

Aliyun berada di bawah tekanan khusus karena hubungan tegang Alibaba dengan pemerintah China yang mulai memburuk pada tahun 2020 ketika Jack Ma mengkritik regulator dalam sebuah pidato di Shanghai. Pemerintah China dengan cepat membatalkan rencana IPO untuk salah satu lini bisnis Alibaba.

Perusahaan sejak saat itu bentrok dengan regulator terkait keamanan siber, menimbulkan kekhawatiran baru bahwa masalah Alibaba belum berakhir dan bahwa bisnis cloud-nya bisa menjadi target.

Alibaba bahkan mempertimbangkan untuk melepaskan bisnis cloud tahun lalu dengan potensi penilaian lebih dari US$ 100 miliar. Perusahaan akhirnya membatalkan rencana tersebut karena hambatan bisnis dan politik, kata mereka.

Aliyun juga berjuang di luar pasar dalam negerinya. Tahun lalu, ia kehilangan layanan video viral ByteDance TikTok sebagai pelanggan.

Sebenarnya, pasar cloud di China adalah yang terbesar kedua di dunia setelah AS. Pengeluaran cloud di negara itu naik menjadi US$ 27,4 miliar pada tahun 2021, naik sebesar US$ 19 miliar pada tahun sebelumnya.

Aliyun telah meningkatkan upaya untuk mendiversifikasi sumber pendapatannya. Mereka memperkenalkan layanan seperti Dropbox tahun lalu, memanfaatkan permintaan yang muncul dari pengguna individu.



Simak Video "Video Amazon Kembali Lakukan PHK, Kali Ini Pangkas 100 Karyawan"
[Gambas:Video 20detik]

Hide Ads