Raksasa e-commerce China, Alibaba Group hampir saja menyusul Amazon.com sebagai platform marketplace online terbesar. Alibaba telah berhasil menggunakan hubungan pelanggan dan kecakapan teknologinya untuk mendominasi petak luas lanskap internet.
Dilansir dari Bloomberg, Kamis (21/4/2022), valuasi pasar Alibaba telah melonjak menjadi lebih dari US$ 850 miliar pada tahun 2020. Perusahaan yang dipimpin Jack Ma ini berhasil berekspansi ke bisnis baru dan mulai mengejar kesenjangan dengan saingannya di AS, Amazon.
Sialnya tindakan keras pemerintah China yang berpusat di Beijing terhadap sektor swasta telah menyia-nyiakan semua strategi dan pengembangan yang dilakukan Alibaba.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Operasi e-commerce inti Alibaba dikepung oleh regulator, sementara bagian keuangannya terpaksa mundur dari beberapa inisiatifnya yang paling menguntungkan.
Masalah baru-baru ini muncul dari operasi komputasi penyimpanan cloud-nya, Aliyun, atau yang sering disebut sebagai AliCloud.
Komputasi cloud adalah bagian penting dari formula Amazon, dengan Amazon Web Services-nya mengeluarkan begitu banyak uang sehingga dapat mensubsidi bisnis e-commerce dan mendanai inisiatif baru yang mungkin tidak membuahkan hasil selama bertahun-tahun.
Alibaba pun inginnya bisnis cloud-nya melayani fungsi yang hampir sama, menjadikannya sebagai salah satu pilar strategis perusahaan. Tetapi Beijing telah menggagalkan rencana ambisius Alibaba yang menunjukkan raksasa teknologi China itu mungkin tidak akan pernah mencapai kesuksesan di level yang sama dengan Amazon.
Dalam beberapa tahun terakhir, pemerintah China semakin fokus pada penggunaan dan keamanan data, dan menyatakan data sebagai faktor produksi yang kritis. Menjadikan pertahanannya sebagai prioritas bagi pemerintah.
Kebijakan itu mengharuskan perusahaan dan lembaga pemerintah untuk menjaga data mereka sebagai masalah keamanan nasional.
Lanjut di halaman berikutnya.
Simak Video "Video Amazon Kembali Lakukan PHK, Kali Ini Pangkas 100 Karyawan"
[Gambas:Video 20detik]