Sementara produsen dan pengolah makanan yang lain ada juga yang masih khawatir untuk kembali ke kelapa sawit, karena mereka takut akan reputasi mereka. Sebab mereka khawatir terhadap LSM, reaksi pemangku kepentingan, dan lain-lain.
Ada beberapa (produsen pengolah makanan) yang masih mengandalkan cadangan minyak bunga matahari sampai Agustus. Mereka berharap minyak bunga matahari akan kembali (ada di pasaran) lagi.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Barilla, kata Paganini, tidak memiliki banyak pilihan (dalam menggunakan minyak nabati). Produsen biskuit asal Italia ini, tidak mengeluarkan pernyataan publik apapun terkait penghapusan label "bebas minyak sawit" dalam kemasannya itu.
Menurut Paganini, Barilla harus kembali menggunakan minyak sawit dalam proses produksinya, karena minyak sawit jauh lebih baik, aman dan bersertifikat berkelanjutan. Pada tahun 2016 Barilla menggunakan minyak sawit dengan sertifikasi keberlanjutan. Sementara tahun 2017, mereka tidak menggunakan minyak sawit sama sekali dan hanya menggunakan 20% minyak bersertifikat.
Paganini mengatakan saat ini produsen dan pengolah makanan di Eropa, berada di bawah tekanan kelangkaan komoditas dan melonjaknya harga minyak nabati, terutama minyak nabati non sawit.
"Minyak sawit adalah pilihan terbaik," tegas Paganini.
Pihaknya mempercayai bahwa setelah kehebohan boikot kelapa sawit, banyak perusahaan menyadari bahwa ternyata mereka tidak menghasilkan uang (mereka benar-benar menyia-nyiakannya untuk promosi dan reformulasi) dan mereka tidak banyak mendapat keuntungan dari boikot tersebut.
"Minyak kelapa sawit menawarkan lebih banyak kesinambungan dan merupakan lemak yang lebih baik untuk makanan mereka. Kelangkaan dan mahalnya minyak bunga matahari, memberikan kesempatan kepada banyak produsen makanan, untuk kembali ke minyak yang memberikan mereka performa kinerja terbaik, yakni minyak sawit," ujarnya.
Paganini mengatakan bahwa saat ini merupakan momentum yang sangat baik bagi produsen minyak sawit untuk masuk ke Eropa, setelah bertahun-tahun diboikot oleh negara-negara di Benua Biru ini.
"Minyak sawit ada di sini (Eropa) untuk menyelamatkan," kata Paganini.
Paganini menerangkan hal terbaik yang dapat dilakukan oleh negara-negara produsen minyak sawit adalah meningkatkan produktivitas, meningkatkan kualitas dan keberlanjutan yang lebih jauh baik lagi. Memperkuat skema sertifikasi dan menjadikannya sebagai tolok ukur untuk semua komoditas lain, serta menawarkannya kepada orang Eropa juga perlu dilakukan.
"Jika mereka pintar mereka akan membelinya. Jika tidak, dunia ini jauh lebih besar dari Eropa. Eropa kecil tetapi masih berpengaruh secara politik, jadi sebaiknya ikuti saja mereka. Sekarang saatnya berjabat tangan dan menjual sebanyak mungkin minyak sawit berkelanjutan," jelasnya.
Indonesia, kata Paganini, harus terus melakukan apa yang sudah dilakukan jutaan pekerja di rantai pasok, yakni meningkatkan kualitas, meningkatkan keberlanjutan, melestarikan keanekaragaman hayati, dan menghasilkan lebih banyak minyak sawit.
(dna/dna)