Harga Daging Sapi Tembus Rp 180.000/Kg, Masyarakat Mau Beli Daging Kerbau?

Harga Daging Sapi Tembus Rp 180.000/Kg, Masyarakat Mau Beli Daging Kerbau?

Aldiansyah Nurrahman - detikFinance
Rabu, 27 Apr 2022 16:35 WIB
Sebanyak 168 ton daging kerbau impor dari India tiba di Terminal Mustika Alam Lestari Tanjung Priok. Daging kerbau ini dijual Rp 80.000/Kg.
168 Ton Daging Kerbau India Tiba di Tanjung Priok/Foto: Agung Pambudhy
Jakarta -

Harga daging sapi segar menjelang Lebaran sudah berada di level Rp 180.000 per kilogram (kg). Harga daging sapi terus merangkak naik.

Pengamat Pertanian Asosiasi Ekonomi Politik Indonesia (AEPI) Khudori mengatakan daging sapi segar akan meningkat lagi saat Lebaran. Kenaikan harga daging sapi didorong pasokan dalam negeri yang tidak mencukupi dan mahalnya harga daging dari negara-negara eksportir.

Bagi masyarakat yang tidak bisa membeli daging sapi segar, ada daging kerbau beku sebagai alternatif. Perum Bulog mendapat penugasan dari pemerintah untuk mengimpor daging kerbau beku 100 ribu ton.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dilihat dari data yang ada, kata Khudori, kebutuhan daging bulanan rata-rata 8.000 sampai 10 ribu ton. Sedangkan stok Bulog sebanyak 36 ribu ton.

"Artinya, stok daging kerbau masih cukup, bahkan tidak hanya untuk lebaran saja, tetapi cukup memenuhi kebutuhan daging hingga Mei dan Juni nanti," katanya, Rabu (27/4/2022).

ADVERTISEMENT

Ia meyakini, dengan ketersediaan stok yang mencukupi itu, masyarakat bisa merayakan hari Idulfitri dengan menikmati santapan yang sama nikmatnya. Apalagi, harga daging kerbau beku, lebih murah dan terjangkau yaitu sebesar Rp 80 ribu, dibanding daging sapi segar.

"Jadi, masih ada pilihan daging kerbau, sebagai alternatif. Pasti, tetap ada konsumennya, ada peminatnya, meskipun nggak sebesar (konsumen) daging sapi," katanya.

Lebih lanjut, keran impor daging kerbau beku mulai dilakukan pemerintah pada 2017. Pemerintah mencoba mencari alternatif daging yang harganya lebih murah.

"Ketemulah daging kerbau. Yang potensial dari India. Tetapi, sejak tahun 2017 tidak pernah tercapai harga daging sapi segar sesuai acuan itu," ungkap Khudori.

Hal ini dikarenakan, harga daging sapi memang sudah mahal dari negara asalnya. Begitu juga daging lokal maupun sapi bakalan, yang dibesarkan dan dipotong di dalam negeri.

Belum lagi, ketika industri penggemukan sapi potong (feedloter) yang tiap tahunnya melakukan pengadaan sapi bakalan, jumlahnya juga terus turun, bahkan sebelum terjadinya pandemi COVID-19.

Berlanjut ke halaman berikutnya.

Pasokan daging diharapkan bisa dipenuhi dari sapi lokal. Di mana, banyak masyarakat yang memelihara 3 hingga 4 ekor sapi, meski bukan sebagai pekerjaan utama.

Sayangnya, mereka memperlakukan sapi sebagai harta benda yang likuid, sehingga kalau tidak ada keperluan penting dan mendesak, belum tentu mereka mau menjual sapi.

"Sebenarnya, sapi yang siap potong itu jumlahnya banyak, tapi nggak marketable. Nggak setiap saat bisa masuk ke pasar. Itu saya kira, yang juga membuat stok terbatas dan membuat harganya jadi tinggi," jelasnya.

Selain itu, pemerintah juga sudah melakukan mobilisasi sapi dari sentra-sentra yang ada di Jawa Timur dan Nusa Tenggara Barat (NTB). Khususnya, untuk memenuhi kebutuhan daging di Jabodetabek dan Bandung Raya, yang kebutuhan konsumsinya tinggi.

"Tapi, dari mobilisasi itu, kita lihat kan hasilnya juga nggak banyak. Jadi, klop semuanya, pasokan dalam negeri tidak bisa menutup kebutuhan, lalu harga daging impor tinggi, Sekarang, ikut tinggi harganya," pungkasnya.

Direktur Utama Perum Bulog Budi Waseso atau akrab disapa Buwas sebelumnya mengatakan bagi masyarakat yang ingin membeli daging kerbau yang diimpor dari India ini bisa mendapatkan di ritel modern

"Kalau daging kerbau (impor) ini ke konsumen Rp 80.000 per kg, dari Bulog dijual Rp 70.000 per kg jadi ada selisih Rp 10.000. Jadi ada di ritel-ritel di Indomaret, di Alfamart. Jadi tolong teman-teman kalau ikut ngecek, jangan sampai menjual lebih dari itu. Kalau menjual lebih dari itu artinya ada penyimpangan. Kita berharap kebutuhan masyarakat bisa terpenuhi. Karena daging sapi ini masih kurang," tutur Buwas.


Hide Ads