Jakarta -
Selalu ada keunikan yang terjadi di tengah kota Jakarta. Siapa sangka, sebuah gang di sudut kawasan Kwitang, Jakarta Pusat ternyata menjadi rumah dari ratusan penjaja kopi keliling alias starling.
Tepatnya, kawasan ini terletak di Jalan Prapatan Baru, Kwitang. Tempat ini seringkali disebut-sebut sebagai 'Kampung Starling'. Kawasan ini tak sulit untuk ditemui. Dari penelusuran detikcom, letaknya diapit oleh Markas Komando (Mako) Marinir dan juga Hotel Aryaduta.
Bentuk kawasan ini sebetulnya seperti gang senggol di Jakarta pada umumnya. Di depan gang ada gapura bertuliskan, "Selamat Datang di Kawasan Pedagang Kopi Keliling". Karena bentuknya gang sempit, kawasan ini bagaikan nyempil di tengah kota Jakarta.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kawasan ini memang benar-benar merupakan sentra penjaja kopi keliling. Di dalamnya terdapat deretan toko-toko semi agen yang bertindak sebagai penyetok dagangan kepada para penjaja kopi keliling.
Dari pantauan detikcom, hanya ada jalan akses selebar dua sepeda motor di kawasan ini. Di kanannya banyak berjejer rumah-rumah kontrakan dan kamar kos petak-petakan. Bangunan-bangunan itu bertingkat, ada yang tingkat dua dan tingkat empat. Terlihat juga jejeran toko-toko penyetok kopi kepada para penjaja kopi keliling.
Di sebelah kirinya, berjejer sepeda-sepeda para penjaja kopi keliling. Ada yang sepedanya masih kosong, ada juga yang sudah ditata rapih dengan renceng-rencengan kopi sachet dan siap dibawa berkeliling.
Beberapa orang juga nampak sibuk menata dan menyetok kopi-kopi sachet ke sepeda. Sementara itu, banyak juga sales berbagai merek kopi sachetan lalu lalang di dalam kampung ini.
Bersambung ke halaman selanjutnya.
Leo salah satu sales merek kopi sachetan mengatakan kampung ini memang menjadi pusatnya starling di Jakarta Pusat. Dia bilang di dalam kampung ini berkumpul para penjaja kopi keliling dan juga toko-toko yang menyuplai kopi sachet.
Sebagai sales, Leo cukup sering datang ke kawasan ini. Entah untuk menawarkan produk baru, mengambil pembayaran, ataupun mengantarkan barang.
"Di sini emang pusatnya. Saya kan sales kopi, sering ke sini buat jualin kopi saya ke toko-toko di sini. Di situ ada toko yang nyetok kopi sama ada pemukiman abang-abang starlingnya juga," tutur Leo ditemui detikcom di Kampung Starling.
Salah satu penghuni Kampung Starling, Ida menjelaskan penyebutan Kampung Starling sebetulnya disematkan oleh salah satu merek kopi sachet. Dia bilang salah satu merek kopi itu juga yang membuat gapura selamat datang.
Dia mengatakan memang kebetulan kampung ini isinya adalah penyuplai kopi sachetan dan juga tempat bermukim para penjaja kopi keliling.
"Disebut Kampung Kopi Keliling ini sudah 5 tahunan lah. Itu orang Kapal Api (merek kopi) yang bikin. Bukan orang sini menyebut kampungnya sebagai kampung kopi. Sekalian iklan kali ya," ungkap Ida kepada detikcom.
Dia mengatakan sebetulnya kawasan penyetok kopi sachet seperti di kampungnya sudah banyak tersebar di Jakarta. Ada yang di Tanah Abang, Senayan, dan lain sebagainya. "Mungkin karena di sini ada pemukiman Madura tukang kopi juga jadi dibilang Kampung Kopi," katanya.
Ida sendiri merupakan salah satu pemilik toko penyetok kopi kepada para penjaja kopi keliling. Sebagai penyetok dia memiliki toko semi-agen yang menampung kopi sachet rencengan dari para supplier.
Bersambung ke halaman selanjutnya.
Setiap toko memiliki langganan penjaja kopi keliling yang menyetok barang. Satu toko bisa memiliki langganan sebanyak 10 orang lebih starling. Namun saat ini, hanya ada sekitar 7 orang penjaja kopi keliling yang berlangganan barang kepadanya.
Biasanya, para penjaja kopi keliling akan menyebut penyetok seperti Ida sebagai sebutan bos. Pasalnya, penyetok seperti Ida yang memberikan semua barang-barang yang dijual starling. Penjaja kopi keliling hanya modal sepedanya saja.
Ida menjelaskan selama ini dirinya menyetok barang kepada para starling secara paketan. Satu paket besar biasanya seharga Rp 1,5 juta, sudah berisi beragam minuman sachetan hingga rokok.
Pembayarannya dilakukan saat dagangan yang disetok itu laku dijual oleh para starling. Ida menyebut sistem pembayaran yang digunakan adalah kasbon, barangnya dihutang dahulu kemudian dibayar saat laku.
"Kopi-kopi ini kan dari aku. Jadi aku modalin barang aja, berapa-berapa totalnya mereka akan nyicil, mulangin modalnya ke saya. Dia tergantung lakunya aja, pokoknya bayar ke saya sesuai modal yang dikeluarkan," ungkap Ida ditemui detikcom.
"Itu bisa sekitar Rp 1-1,5 jutaan lah sudah lengkap kopi dan rokok," lanjutnya.
Ida juga akan menyuplai air panas dan es batu kepada para penjaja kopi keliling saat mereka akan berangkat. Pihak Ida juga yang menata kopi-kopi sachet dengan rapi di sepeda-sepeda para penjaja kopi keliling.
Uniknya lagi, satu Kampung Starling ini ternyata diisi oleh orang Madura. Ida juga tak tahu mengapa bisa begitu, cuma yang jelas dia mengatakan semua orang di kawasannya memang merupakan orang Madura.
"Aku ke sini itu tahun 91. Memang banyak teman-teman Madura waktu itu. Sekarang mungkin banyak juga anak-anak yang muter sekarang jualan ngajakin kawannya di kampung. Nggak ngerti juga saya," ujar Ida.