Harga telur ayam juga masih tergolong tinggi, yakni mencapai Rp 28.000-30.000 per kg. Hal tersebut disampaikan oleh Roni, salah satu pedagang telur di pasar tersebut.
"Sempat mengalami naik-turun, namun sekarang anteng ya, maksudnya tidak turun-turun. Kurang lebih sudah berjalan selama 10 harian ya," ujar Roni kepada detikcom.
Roni menambahkan bahwa tidak hanya telur ayam negeri biasa, telur bebek hingga telur puyuh juga naik.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Telur bebek yang biasanya Rp 2.300-2.500an per butir sekarang saya jual Rp 3.000. Telur puyuh juga biasanya Rp 30.000-35.000, saya jual di Rp 42.000," ujar dia.
Salah satu pemilik toko sembako, Saiful juga merasakan hal yang sama. Ia mengatakan harga telur ayam saat ini masih tinggi.
"Belum ada tanda-tanda akan turun, malah akan naik lagi. Hari ini bisa terjual di Rp 28.000, besok menurut distributor akan naik lagi sehingga harga jual jadi Rp 29.000," ujar Saiful.
Saiful mengatakan distributor sempat memberi tahu alasan kenaikan harga karena berkaitan dengan masa afkir ayam dan pemesanan PKH.
"Istilahnya afkir, telur ayam yang dijual berasal dari ayam yang sudah tua atau ibaratnya mau tutup buku. Jadi mereka menghabiskan masa ayam-ayam tua tersebut. Itu yang pertama. Kedua, banyak pemesanan-pemesanan berupa PKH. Pemesanan sembako itu jadi banyak, jadilah harganya turun naik. Nah saya hanya dapat info itu saja," ujar Saiful.
Negara agraris yang kaya akan tanah yang subur dan produk-produk pertanian unggulan itu kini menuai tanda tanya besar. Bagaimana bisa dengan potensi sebesar itu, harga sayur mayur justru malah semakin tinggi hingga mengusik kesejahteraan rakyat. Apa kabar kedaulatan pangan?
(ara/ara)