Pemilik Warteg hingga RM Padang Menjerit Gara-gara Harga Pangan Melejit

Pemilik Warteg hingga RM Padang Menjerit Gara-gara Harga Pangan Melejit

Shafira Cendra Arini - detikFinance
Senin, 13 Jun 2022 07:59 WIB
Jajal Makan di Warteg yang Waktunya Dibatasi 20 Menit
Ilustrasi Warteg/Foto: Anisa Indraini
Jakarta -

Harga cabai dan sayur-mayur yang melambung tinggi membuat masyarakat gelisah, terutama bagi para pelaku usaha makanan seperti warteg dan rumah makan padang. Para penjual masakan tersebut mempergunakan cabai dalam jumlah yang tidak sedikit demi menjalankan usaha mereka setiap harinya.

Aprizon, pemilik Rumah Makan Padang Simpang Jaya di Jalan Muria, Menteng Dalam yang setiap harinya bisa membutuhkan 5 kilogram (kg) cabai keriting merah harus merogoh kocek lebih dalam karena kenaikan harga bahan pangan tersebut. Dirinya mengaku total harga belanjaannya untuk bumbu dapur termasuk cabai naik hingga 50%.

"Biasanya saya belanja cabai cuma Rp 600 ribu, Ini sampai Rp 900 ribu sehari. Itu udah masuk cabai merah, hijau, dan bumbu dapur," ujar Aprizon kepada detikcom, Minggu (12/06/2022).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Meski demikian, hal ini tidak membuat Aprizon menaikkan harga makanan yang dijualnya karena hal ini dianggap sebagai risiko.

"Harga masakan tetep segitu aja. Itu resiko. Cuman kitanya yang harus ngirit-ngirit ngasinya. Ya disaring lah jangan borosin," tutur dia.

ADVERTISEMENT

Aprizon mengaku pendapatan rumah makannya mulai berkurang.

"Iyalah aturan biasanya bisa nyimpan sekarang ndak nyimpan. Nggak dagang juga bagaimana. Yang penting gaji karyawan sama kontrakan tetep ketutup. Buat kita mah kadang ada aja," tambahnya.

Tidak hanya rumah makan padang yang terkena dampak, Rohayah, pemilik warung nasi sederhana di Jalan Menteng Pulo III, mengaku terdampak akibat kenaikan harga pangan.

"Ya banget-banget pusingnya. Karena jualan saya itu yang penting cabe sama tomat. Tapi sekarang keduanya lagi mahal banget," ujar Rohayah.

Rohayah mengatakan bahwa dirinya memutuskan untuk tidak menaikkan harga karena para langganannya ialah teman-temannya sendiri. Selain itu menurutnya, hal ini adalah risiko sebagai penjual pun sebisa mungkin juga harus bisa mempertahankan harga jualnya.

"Untung mah ada ya tapi tipis. Ada lah buat makan mah, bersyukur saja. Memang kadang bingung. Tapi yang penting masih bisa beli masih ada cabai dan sayur-sayuran itu. Nerimain apa adanya," tambahnya.

Pemilik warteg juga teriak harga pangan melejit. Cek halaman berikutnya.

Omzet Warteg Turun

Rohani, pemilik Warteg Berkah di Jalan Menteng Pulo juga merasakan hal yang sama. Dirinya mengatakan omzet bulanannya turun semenjak dua bulan terakhir akibat harga sembako dan sayur-mayur yang terus melonjak. Meski begitu, dirinya memilih untuk tidak menaikkan harga dagangannya karena takut para langganannya jadi berkurang.

"Kalo dimahalin gimana ya, yang udah langganan kan udah pada tau harganya berapa. Takutnya malah pada pergi. Lebih susah lagi," ujar dia.

Dirinya berharap agar pemerintah segera mengambil tindakan demi mewujudkan penurunan harga-harga komoditas ini.

"Kalau memang karena musim dan gagal panen, pemerintah mungkin bisa coba bantu para petani juga. Kasihan juga mereka ditambah harga pupuk yang sekarang mahal juga," ujar Rohani.

Rohani juga mengaku bahwa dirinya sebenarnya tidak mengetahui alasan kenaikan harga pangan karena informasi yang simpang siur. Namun yang ia tahu, kenaikan ini sudah berlangsung dari setelah lebaran dan berangsur naik hingga sekarang.

"Kalo sudah begini mau gimana lagi. Harga mahal mah risiko yang dagang. Hanya bisa pasrah. Udah ganti harga ini mah bukan naik lagi. Kalo udah naik gitu pasti terus, nggak akan berhenti," tambahnya.

(ara/ara)

Hide Ads