Cerita Mul, Driver Pertama Gojek: Kantornya Bekas Garasi Mobil

Cerita Mul, Driver Pertama Gojek: Kantornya Bekas Garasi Mobil

Kholida Qothrunnada - detikFinance
Rabu, 22 Jun 2022 09:49 WIB
Driver Gojek 001, Mulyono
Foto: Kholida Qothrunnada

Mul juga menceritakan awal mula ia bertemu Founder Gojek Nadiem Makarim. Pertemuan pertama mereka terjadi di tahun 2010.

"Ketemu pertama ya di 2010, kebetulan saya sendiri juga dulu nggak tau kalau Pak Nadiem ini bosnya Gojek. Setelah seminggu kemudian, ada yang ngasih tau itu namanya Pak Nadiem yang punya Gojek. Lah itu saya bilang, saya sering ketemu kalau lagi disuruh sama Ibunya cuma kan kita nggak pernah ngobrol,"

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Setelah pertemuan itu, Mul dan pendiri Gojek itu pun semakin dekat. Mul mengatakan bahwa sosok Nadiem juga sering minta saran dan masukan tentang Gojek ke depannya gimana.

Ia menjelaskan bahwa program pertama Gojek saat itu adalah untuk memberdayakan waktu luangnya tukang ojek. Namun, ketika melakukan sosialisasi ke opang lainnya, Mul mengatakan itu bukan suatu yang mudah.

ADVERTISEMENT

"Awal-awal Gojek berdiri itu, sesuatu yang sulit, nggak mudah. Gojek sendiri emang bener-bener mulai dari nol. Jadi, kami di 2010, 20 mitra pertama ini, kita kemana-mana dibekalin brosur Gojek, kartu nama Gojek terus kita bagi-bagiin ke tamen-teman, ke customer yang kita anterin gitu. Karena Gojek sendiri belum punya marketing, yang bisa membantu. Ya marketingnya kita-kita ini driver," jelas Mul.

"Pak Nadiem nggak setiap hari ikut bagiin brosur, karena pada saat itu beliau masih sibuk kuliahnya belum kelar. Jadi, sambil beliau menyelesaikan kuliahnya, sambil bantu gimana Gojek itu bisa berkembang," tambahnya.

Mul mengungkapkan menjadi mitra awal Gojek, banyak tantangan luar biasa. Dan itu bukan suatu yang mudah baginya.

"Kita ngasih informasi, ke temen-temen opang ini, didengerin aja udah Alhamdulillah. Kadang-kadang kita ngasih brosur, brosurnya aja disobek depan mata kita. Mereka nggak mau, kasarannya mereka menganggap udah dah lo jangan nipu-nipu. Itu dari 2010-2013 begitu. Bahkan sesuatu hal yang kita terima itu, cacian, makian. Setiap kita menjalankan ngasih informasi Gojek, ya itu yang kita terima," ungkap Mul.

"Pak Nadiem itu selalu ngasih support ke kita. Ayo terus jangan patah semangat. Dan waktu itu kami dan teman-teman diangkatan 2010 ini, emang nggak banyak. Angka pertama kita itu 20 mitra. Waktu itu kami tetap solid, dan saling bantu membantu bagaimana caranya Gojek bertahan dan bisa berkembang. Itu yang selalu kita ingat dari Pak Nadiem, dan tantangan di luaran tetap kita hadapi," sambungnya.

Saat itu, yang membuat dirinya bertahan untuk terus menjadi driver Gojek adalah ia berprinsip dan berpedoman kalau setiap pekerjaan bahwasanya mengandung risiko.

"Sejak 2013, saya fokus ke Gojek nggak di opang lagi. Karena saat itu orderan udah banyak, jadi kita udah nggak sempat ngopang,"

Mul mengungkapkan ia pernah mendapatkan omzet terbesar hingga Rp 500 ribu per hari, dari puluhan orderan.

"Waktu itu, di tahun 2014 sampai 2015 saya bisa dapat order 25 sampai 30. Itu bisa dapat paling banyak Rp 500-600 ribu. Itu standar, bahkan teman-teman bisa dapat Rp 700-800 ribu. Start saya mulai dari jam 8 pagi, sampai jam 8 malam. Tapi, kalau saya udah capek ya udahlah nggak memaksakan diri. Dan itu nganternya kemana aja, bisa ke Depok, Tangerang, Jakarta, Bekasi," katanya.


(eds/eds)

Hide Ads