Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan mengungkap produsen kelapa sawit sepakat akan membeli tandan buah segar (TBS) kelapa sawit dengan harga Rp 1.600 per kilogram (kg). Hal ini disampaikan seusai melakukan pertemuan dengan perusahaan minyak goreng dan sawit di Kementerian Perdagangan.
"Seluruh pengusaha pabrik sawit sepakat beli seharga Rp 1.600/kg. Semua sudah sepakat beli Rp 1.600/kg. Semua sudah sepakat, itu semua ada 75 perusahaan tadi," ujar Zulhas kepada awak media, di Kantor Kementerian Perdagangan, Senin (27/6/2022).
Meski begitu Zulhas tidak merinci perusahaan yang setuju tersebut. Berdasarkan informasi yang didapatkan detikcom, perusahaan yang hadir dalam undangan di antaranya Wilmar Group, PT Industri Nabati Lestari (INL), PT Musim Mas, hingga Astra Agro Lestari.
Pernyataan itu diungkap Zulhas menanggapi harga TBS kelapa sawit di petani yang kini di bawah Rp 1.000/kg. Bahkan, berdasarkan informasi dari Serikat Petani Indonesia (SPI) harga TBS di Indonesia anjlok menjadi Rp 600/kg.
Ketua Umum Serikat Petani Indonesia (SPI) Henry Saragih mengatakan harga itu ditemui di Pasaman Barat, Sumatera Barat. "Ini sudah sangat luar biasa, sawit yang jadi komoditas ekspor seperti tidak ada harganya sama sekali," tegasnya dari Medan, Sumatera Utara (23/6).
Sebelumnya, Zulhas sendiri pernah meyakini bahwa harga TBS kelapa sawit akan naik seiring distribusi minyak goreng curah ke masyarakat.
"Kalau kerjaan saya beres (menyalurkan minyak goreng) harga TBS naik itu bisa naik, kalau minyak goreng dalam negeri lancar," ungkapnya ketika ditemui di ruang kerjanya di Kementerian Perdagangan, Jakarta Pusat, Jumat (24/6/2022).
Meski begitu, Zulhas tidak menyebutkan berapa target kenaikan harga TBS kelapa sawit petani. Zulhas hanya mendorong agar pengusaha menyalurkan minyak goreng di dalam negeri.
Selain itu, pihaknya juga mendorong pengusaha memproduksi minyak goreng curah kemasan sederhana. Intinya, Zulhas menargetkan seiring dengan minyak goreng curah disalurkan ke masyarakat, harga TBS kelapa sawit otomatis akan naik.
"Kan ini rangkaian nih. Kalau minyak lancar, ekspor lancar, kalau ekspor lancar, tangki kosong. Kalau tangki kosong, pabrik produksi lagi. Kalau pabrik produksi beli TBS lagi. Jadi ini satu putaran satu rangkaian" tegas Zulhas.
(ara/ara)