Boris Johnson Mau Mundur, Ini Pasang Surut Ekonomi Inggris Sejak 2020

Boris Johnson Mau Mundur, Ini Pasang Surut Ekonomi Inggris Sejak 2020

Anisa Indraini - detikFinance
Kamis, 07 Jul 2022 16:44 WIB
Prime Minister Boris Johnson in 10 Downing Street, London, ahead of talks with Prime Minister of Kurdistan, Masrour Barzani Tuesday April 19, 2022. (Daniel Leal/pool photo via AP)
PM Inggris Boris Johnson/Foto: Daniel Leal/pool photo via AP
Jakarta -

Perdana Menteri (PM) Inggris Boris Johnson dilaporkan akan mengundurkan diri sebagai pemimpin Partai Konservatif yang kini berkuasa di negara tersebut. Hal itu dilakukan setelah adanya desakan mundur dari para menteri dan pejabat di kabinetnya hingga 50 orang mundur bersamaan sampai hari ini.

"Perdana Menteri akan menyampaikan pernyataannya kepada negara hari ini," kata Juru Bicara Nomor 10, kantor PM Inggris di Downing Street dikutip dari BBC, Kamis (7/7/2022).

Boris Johnson terpilih menjadi PM Inggris sejak Juli 2019. Dirinya didesak mundur karena di bawah kepemimpinannya diselimuti berbagai skandal selama beberapa bulan terakhir, salah satunya berpesta saat negara sedang lockdown.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pertumbuhan ekonomi Inggris di bawah kepemimpinan Boris Johnson mengalami pasang surut. Sepanjang 2020, ekonomi negara itu mengalami kontraksi 9,9% atau terburuk selama lebih dari 300 tahun (sejak 1709).

Penyebab dari memburuknya perekonomian Inggris adalah pandemi COVID-19. Kebijakan lockdown yang diambil pemerintah membuat aktivitas di sektor ekonomi berjatuhan.

ADVERTISEMENT

Dilansir CNBC, perekonomian Inggris pada kuartal IV-2020 hanya tumbuh 1%. Sementara, ekonomi Inggris pada kuartal III-2020 mengalami kontraksi 9,6% secara year on year (yoy). Kontraksi terparah terjadi pada kuartal II-2020 minus 21,7% yoy. Pada kuartal I-2020, ekonomi Inggris minus 1,7% dibandingkan kuartal yang sama di tahun 2019.

Terlepas dari itu, ekonomi Inggris berhasil rebound dan mengalami pertumbuhan sebesar 7,5% di 2021 berkat pelonggaran pembatasan COVID-19. Angka itu merupakan laju pertumbuhan ekonominya yang tercepat sejak 1941 atau selama perang dunia II.

Tantangan ekonomi Inggris tahun ini cek di halaman berikutnya.

Tantangan Ekonomi Inggris 2022

Tantangan ekonomi Inggris kembali terjadi di 2022 bahkan diprediksi mengalami resesi. Dalam laporan media Inggris, Kantor Statistik Nasional Inggris (Office for National Statistics/ONS) mengatakan bahwa produk domestik bruto (PDB) terkontraksi 0,3% pada April, menyusul penurunan 0,1% pada Maret.

"Melonjaknya biaya yang disebabkan oleh invasi Rusia ke Ukraina menaikkan harga energi, gangguan rantai pasokan yang sedang berlangsung dan kekurangan pekerja telah menghambat aktivitas bisnis, menyeret turun produksi April," kata ONS.

Secara rinci, beberapa hal yang mengalami kenaikan harga yakni energi naik 54% pada April. Kemudian, asuransi nasional juga mengalami kenaikan hingga 1,25 poin persentase, yang kemungkinan berdampak pada keuangan rumah tangga.

Kepala Ekonom Inggris di Capital Economics Paul Dales mengatakan untuk menyelesaikan persoalan ini, ekonomi Negeri Ratu Elizabeth itu perlu tumbuh sekitar 0,5% pada Mei dan Juni. Ini untuk mencegahnya berkontraksi di seluruh kuartal II-2022.

"Angka suram hari ini menunjukkan bahwa pola pertumbuhan tidak mungkin terwujud, menunjukkan Inggris sangat dekat dengan resesi," tegasnya.

Bank Sentral Inggris telah menaikkan suku bunga untuk kelima kalinya sejak Desember 2021 untuk menekan inflasi yang terjadi. Terakhir pada Juni 2022 suku bunga naik sebesar 25 basis poin menjadi 1,25%.


Hide Ads