Boris Johnson Mau Mundur, Ini Pasang Surut Ekonomi Inggris Sejak 2020

Boris Johnson Mau Mundur, Ini Pasang Surut Ekonomi Inggris Sejak 2020

Anisa Indraini - detikFinance
Kamis, 07 Jul 2022 16:44 WIB
Prime Minister Boris Johnson in 10 Downing Street, London, ahead of talks with Prime Minister of Kurdistan, Masrour Barzani Tuesday April 19, 2022. (Daniel Leal/pool photo via AP)
PM Inggris Boris Johnson/Foto: Daniel Leal/pool photo via AP

Tantangan Ekonomi Inggris 2022

Tantangan ekonomi Inggris kembali terjadi di 2022 bahkan diprediksi mengalami resesi. Dalam laporan media Inggris, Kantor Statistik Nasional Inggris (Office for National Statistics/ONS) mengatakan bahwa produk domestik bruto (PDB) terkontraksi 0,3% pada April, menyusul penurunan 0,1% pada Maret.

"Melonjaknya biaya yang disebabkan oleh invasi Rusia ke Ukraina menaikkan harga energi, gangguan rantai pasokan yang sedang berlangsung dan kekurangan pekerja telah menghambat aktivitas bisnis, menyeret turun produksi April," kata ONS.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Secara rinci, beberapa hal yang mengalami kenaikan harga yakni energi naik 54% pada April. Kemudian, asuransi nasional juga mengalami kenaikan hingga 1,25 poin persentase, yang kemungkinan berdampak pada keuangan rumah tangga.

Kepala Ekonom Inggris di Capital Economics Paul Dales mengatakan untuk menyelesaikan persoalan ini, ekonomi Negeri Ratu Elizabeth itu perlu tumbuh sekitar 0,5% pada Mei dan Juni. Ini untuk mencegahnya berkontraksi di seluruh kuartal II-2022.

ADVERTISEMENT

"Angka suram hari ini menunjukkan bahwa pola pertumbuhan tidak mungkin terwujud, menunjukkan Inggris sangat dekat dengan resesi," tegasnya.

Bank Sentral Inggris telah menaikkan suku bunga untuk kelima kalinya sejak Desember 2021 untuk menekan inflasi yang terjadi. Terakhir pada Juni 2022 suku bunga naik sebesar 25 basis poin menjadi 1,25%.


(aid/ara)

Hide Ads