Bukan PHK, Ini Kabarnya yang Terjadi di Sayurbox

Shafira Cendra Arini - detikFinance
Selasa, 12 Jul 2022 14:56 WIB
Foto: Ilustrasi PHK (Tim Infografis: Zaki Alfarabi)
Jakarta -

Beberapa waktu belakangan tersiar kabar bahwa salah satu startup besar di Indonesia, Sayurbox melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK). Menurut informasi yang didapat detikcom, kabar tersebut tidak sepenuhnya salah.

Perusahaan startup yang menjual berbagai kebutuhan bahan pangan dan rumah tangga ini disebut melakukan PHK tak lama setelah menutup toko offline mereka. Kabar ini pun segera dikonfirmasi oleh detikcom kepada salah seorang pegawai Sayurbox.

Sumber ini salah seorang pegawai yang masih aktif bekerja di Sayurbox, yang meminta dicantumkan namanya secara anonim. Informasi ini ia dapatkan melalui para atasannya secara langsung dan juga beberapa teman yang terkena dampak efisiensi ini. Ia mengatakan, Sayurbox saat ini tengah melakukan efisiensi karyawan terhitung awal kuartal 2 atau bulan Juli ini.

"Bukan PHK bahasanya, tapi efisiensi karyawan," ujar sumber kepada detikcom, Selasa (12/07/2022).

Dia menambahkan, efisiensi ini membuat sebagian karyawan harus dirumahkan atau diberhentikan. Yang menjadi sasaran efisiensi ini ialah para intern atau anak magang dan karyawan kontrak.

"Jadi yang kena pemutusan kerja atau istilahnya dirumahkan itu intern sama yang habis kontraknya. Untuk yang kontrak, semacam kontraknya nggak diperpanjang lagi," tuturnya.

Meski demikian, sumber mengatakan, tidak semua karyawan kontrak dirumahkan. Ada beberapa temannya yang juga diangkat menjadi karyawan tetap. Dalam hal ini, performance review dari HRD juga mempengaruhi keputusan PHK yang diambil perusahaan.

"Yang banyak kena memang teman-teman intern. Kurang tau intern nggak ada yang lolos atau gimana (tetap lanjut bekerja). Kayaknya ada karena sempat lihat di beberapa tim, yang dia tuh intern tapi masih nongol di kantor," tambahnya.

Akibat efisiensi yang dilakukan Sayurbox ini, dia mengatakan perusahaannya melakukan mutasi atau rolling posisi untuk beberapa karyawannya. Pun dia menjelaskan, beban kerja menjadi bertambah karena jumlah orang per timnya menjadi berkurang.

"Sekarang setelah efisiensi, kan jadinya ada tim yang anggotanya normal atau tinggal 1-2 orang. Akhirnya dilakukan mutasi untuk menyeimbangkan," ujar ia.

"Katakanlah, yang sebelumnya dikerjain sama 3-4 orang, sekarang cuma dikerjain 2 orang. Semacam itu di beberapa tim. Pusing, banyak banget kerjaan sekarang," tambanya.

Di sisi lain, ia tidak mengetahui jumlah pasti karyawan yang akhirnya dirumahkan ini. yang pasti, ia menambahkan, jumlahnya tidak terlalu banyak. Karena efisiensi ini pula, rekan-rekannya jadi lebih serius dalam bekerja.

Dari pihak perusahaan sendiri juga menekankan, kalau ini istilahnya bukanlah salah dari karyawan maupun perusahaan tetapi murni karena kondisi ekonomi.

"Berdasarkan informasi dari atasan, ini efek dari bubble effect economy. Startup hidup dari investor, masih nggak terlalu banyak startup yang udah profit. Apalagi startup-startup middle lah. Untuk menyelamatkan supaya sustain ya perlu melakukan penghematan," ujar sumber.

Lihat juga video '20 Perusahaan Startup di Dunia yang PHK Karyawan Besar-besaran':






(das/das)
Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork