Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo menjelaskan apa saja yang dibahas dalam pertemuan pertama Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Central G20 di Bali. Pada hari pertama itu, banyak negara yang mengeluhkan soal kenaikan harga komoditas yang mendorong inflasi.
"Banyak dari kita (negara) yang menyuarakan keprihatinan dan kebutuhan mendesak untuk mengatasi risiko kenaikan harga komoditas yang menyebabkan inflasi terus-menerus. Selain itu, banyak dari kita menggarisbawahi perlunya mengatasi masalah ketahanan pangan," ucapnya dalam pembukaan di BNDCC, Nusa Dua, Bali, Sabtu (16/7/2022).
Perry mengatakan, harga komoditas naik, inflasi melonjak bisa memunculkan krisis pangan. Olah karena itu, Perry mengatakan sejumlah negara menekankan agar krisis pangan perlu diatasi lebih cepat. Sebab, banyak negara yang tidak mampu bertahan akibat krisis pangan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Saya senang bahwa kami telah membahas beberapa elemen penting dalam mempromosikan arsitektur keuangan internasional yang lebih stabil dan tangguh. Ini termasuk memajukan diskusi kami tentang aliran modal, kerentanan utang, dan campuran kebijakan yang tepat terutama selama masa volatilitas tinggi dan tekanan pasar," jelasnya.
Perry juga mengatakan, pada hari kedua ini sebagai bagian dari upaya mengatasi dampak negatif pandemi COVID-19, dalam pertemuan akan dibahas juga pengaturan dan pengawasan keuangan melalui langkah-langkah respons COVID-19.
"Dan memantau perkembangan untuk mendukung pemulihan global dan menjaga stabilitas keuangan," ungkapnya.
Sementara ini, badan internasional yang dibentuk oleh negara G20, Financial Stability Board (FSB) telah menyampaikan laporan sementara tentang strategi keluar COVID-19 dan efek pada sektor keuangan serta memberikan rekomendasi kebijakan tentang strategi keluar dari pandemi itu sendiri.
Pembahasan Hari Kedua
Pada hari kedua pertemuan, aset kripto yang dinilai menjadi ancaman terhadap stabilitas keuangan global masuk dalam pembahasan. Secara total ada lima topik yang dibahas.
"Pada sesi ini, kita akan membahas 5 topik utama. Pertama, strategi keluar COVID-19 untuk stabilitas keuangan dan efek jaringan parut dan NBFI, kedua risiko keuangan terkait iklim, ketiga aset kripto keempat inklusi dan digitalisasi keuangan dan akhirnya, inisiatif kesenjangan data baru," katanya.
"FSB (Financial Stability Board) menyampaikan penilaian risiko terbaru dari aset kripto. Laporan ini menggarisbawahi potensi ancaman terhadap stabilitas keuangan global karena skalanya," lanjutnya.
Dalam pertemuan ini, disoroti atau dibahas juga bagaimana regulasi hingga pengawasannya. "Selain itu, FSB telah mengidentifikasi implikasi peraturan dan kebijakan utama dari pengembangan pasar aset kripto, termasuk pasar stablecoin," tutupnya.
(zlf/zlf)