Istirahat dan makan siang pun dilakukan di rest area yang ada di dalam jalan tol. Memang, sepanjang jalan, tim detikcom tak menemui satupun bus penumpang yang lewat di sepanjang Jalur Pantura.
"Ini kelolaan kita langsung. Itu lahan bangunan kita kelola sendiri. Sebelumnya rumah makan itu kita kerja sama dengan bus-bus. Memang dampak Cipali, pas Tol Cipali buka 2015-an, perekonomian rumah makan di Subang dan Pantura itu banyak tutup. Karena bus itu kan pindah ke tol semua tadinya di Pantura," curhat Juandi saat ditemui di kantornya oleh detikcom.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Cukup berat rasanya bagi Juandi untuk menutup rumah makan. Meskipun SPBU bukan usaha kecil, pemasukan tambahan dari rumah makan cukup besar menyumbang omzet SPBU-nya. Saat rumah makan tutup, 15% potensi pendapatan lenyap.
Kini bangunan restoran itu pun tak lagi terawat. Di dalamnya berdebu, atapnya bahkan mau roboh. Juandi bilang untuk melakukan perawatan butuh dana besar. Saat ini pihaknya hanya menunggu ada orang yang mau menyewa bekas rumah makan itu dan melakukan perawatan.
"Ini ya jadi aset kita aja tapi nggak menghasilkan. Rencananya mau kita sewa, tunggu ada yang berminat aja," kata Juandi.
Dari tempat Juandi, perjalanan pun terus berlanjut. Lepas dari Subang, kondisi masih tak berbeda. Intensitas lalu lalang kendaraan tak banyak-banyak amat, bahkan sepanjang jalan pun tak ada satupun kemacetan yang terjadi di Jalur Pantura.
Kondisinya, di kanan kiri jalan memang sepi seperti kota mati. Kebetulan memang masih banyak hamparan sawah dan ladang di kanan kiri jalan Jalur Pantura, jadi tak banyak aktivitas masyarakat yang bisa dilihat. Sesekali nampak ada warung-warung kecil di pinggir jalan, ada yang tutup, ada juga yang buka namun sangat sepi.
Selebihnya, hanya nampak permukiman warga yang tenang dan tak banyak aktivitas. Nampak juga beberapa titik keramaian ditemui di samping kanan kiri jalan, biasanya di situ ada pasar.
Tapi, di sekitar daerah Eretan, kawasannya cukup ramai dan banyak aktivitas. Di kawasan pesisir ini ada sentra perikanan dan juga beberapa destinasi wisata pantai. Hal itu membuat kawasan Eretan nampak hidup dibanding kawasan lainnya.
Kondisi kota mati ditemui lagi di sekitar daerah Lohbener, Indramayu. Di sana tim detikcom menemui sebuah bengkel yang cukup besar namun tak banyak pelanggannya.
Apen, pemilik bengkel Tiga Putra Motor, ketika ditemui sedang menyulut rokoknya sambil duduk menatap jalan dan lalu lalang kendaraan. Matanya menatap kosong ke jalan sambil sesekali bicara dengan pekerjanya di bengkel.
Keluhan sepi menjadi hal pertama yang diungkap Apen saat memulai kisahnya kepada detikcom.
"Ya jelas nggak kayak dulu, dulu mah ramai. Beda lah, jauh. Kalau bengkel, kita mending aja nggak ada basi apa-apanya, ya kalau rumah makan kan pada basi, pada tutup," cerita Apen saat berbincang dengan detikcom di depan bengkelnya.
Sebagai perbandingan saja, saat sebelum ada jalan tol Trans Jawa momen mudik lebaran jadi favorit Apen. Namun sekarang, mudik lebaran pun tak menghasilkan apa-apa karena hampir semua kendaraan lewat tol. Apen cuma dapat sisanya, pasien pemotor yang tak banyak memberikan keuntungan.
Padahal sebelum era tol Trans Jawa, setiap momen mudik lebaran Apen bisa mendapat banyak pasien. Tak jarang ada mobil yang sampai turun mesin di bengkelnya. Biaya servis dan onderdil yang besar bisa memberikan dirinya keuntungan besar.
"Sekarang kalau mudikan tuh malah sepi, mobil-mobil nggak ada yang lewat sini, lewat tol. Paling sepeda motor doang, untungnya sedikit. Kalau dulu ya, waktu mudikan belum ada Cipali mah seenggaknya tuh ada yang sampai turun mesin di sini," kisah Apen.
Bengkel Apen pun sepi, saat didatangi tak ada satupun kendaraan yang sedang ditangani. Apen juga mengakui banyak sekali suku cadang dan onderdil yang tak laku-laku. Kalau dilihat dari etalase bengkelnya saja memang benar, banyak sekali suku cadang bertumpuk bahkan sampai berdebu.
Paling menyedihkan, plang nama bengkel Apen sampai nampak sudah usang bagai memperlihatkan nasib bengkelnya. Tiang plangnya sudah karatan, bahkan poster yang ada di plang namanya sudah robek, dan pudar warnanya.
Lepas dari Indramayu, perjalanan dilanjutkan menuju Cirebon dan lanjut ke perhentian terakhir di Brebes.
Lanjut ke halaman berikutnya
Simak Video "Video: Banjir Rendam Jalur Pantura di Cirebon, Lalin Macet Sampai 1 Km"
[Gambas:Video 20detik]