Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir menyatakan perusahaan pelat merah berhasil menurunkan rasio utangnya. Dia menyebutkan anggapan soal BUMN punya banyak utang adalah salah besar.
Dia menjelaskan rasio utang BUMN dengan modal yang diinvestasikan jumlahnya turun dari hampir 40% hanya tinggal 35%.
"Utang pun kalau dilihat rasio utang, dengan modal diinvestasikan turun dari jadi dari 39% jadi 35%. Artinya apa? Image BUMN banyak utang itu ya salah," ungkap Erick dalam peresmian Holding Danareksa di Kementerian BUMN, Jakarta Selatan, Rabu (20/7/2022).
Bahkan, praktik ini diklaim Erick lebih baik daripada yang ditetapkan perusahaan swasta. Menurutnya, dalam struktur modal pengusaha swasta lebih banyak kontribusi utang daripada modal sendiri.
"Kalau kita di private sector aja, kebetulan dulu saya juga pengusaha. Itu biasanya modal itu biasanya lebih kecil daripada utang, ada lah 30-70. Ini kita kebalik. Jadi kita jangan dijebak persepsi ini fakta dan data," kata Erick.
Erick juga memamerkan keberhasilan transformasi BUMN. Saat ini, BUMN memberikan kontribusi pendapatan ke pemerintah hingga Rp 1.198 triliun dalam tiga tahun terakhir. Jumlahnya sempat naik Rp 60 triliun di masa-masa krisis pandemi COVID-19.
"Kita naik Rp 60 triliun pada saat krisis. Tentu pendapatan berupa apa? Ada pajak, bagi hasil, dan dividen," sebut Erick.
Sementara itu untuk laba bersih BUMN yang dikonsolidasikan jumlahnya mencapai Rp 124 triliun dari awalnya Rp 13 triliun.
BUMN Makin Ramping
Erick juga menyatakan kinerja baik BUMN didapatkan dari perampingan yang dilakukan. Menurutnya, jumlah BUMN yang banyak belum tentu kinerjanya sehat.
Dia bilang awalnya jumlah BUMN mencapai ratusan, tepatnya 108 perusahaan. Kemudian saat ini dia mengklaim berhasil merampingkan jumlah BUMN menjadi hanya 41 saja.
Berikutnya, dia berharap BUMN bisa lebih ramping. Targetnya, Indonesia cuma punya 30 BUMN.
"Jadi 108 BUMN itu terlalu banyak. Maka kita terus kecilkan BUMN, dari 108 ke 41. Menteri berikutnya kalau bisa dirampingkan lagi jadi 30. Kita buktikan banyak nggak berarti sehat," sebut Erick.
(hal/ara)