Sejumlah kebijakan tersebut, ulas Zulkifli, yaitu kebijakan flush out yang masih berlaku sampai 31 Juli 2022, kebijakan rasio pengali besaran volume ekspor terhadap distribusi kebutuhan dalam negeri dinaikkan dari 1:5 menjadi 1:7 mulai 4 Juli 2022 berdasarkan Kepdirjen Daglu Nomor 13 tahun 2022, tarif pungutan ekspor ditiadakan mulai 15 Juli 2022 sampai 31 Agustus 2022 berdasarkan PMK 115 tahun 2022, serta kebijakan rasio pengali besaran volume ekspor terhadap distribusi kebutuhan dalam negeri dinaikkan dari 1:7 menjadi 1:9 mulai 29 Juli 2022 berdasarkan Kepdirjen DagluNomor 14 tahun 2022.
Selain itu, Zulkifli mengungkapkan ekspor nonmigas Indonesia pada Juli 2022 masih menunjukkan penguatan pada sebagian besar negara mitra dagang utama. Pertumbuhan ekspor nonmigas tertinggi terjadi ke Polandia yang tumbuh mencapai 106,68% MoM, diikuti Spanyol 59,49%, Hongkong 25,95%, Taiwan 19,51%, dan Uni Emirat Arab 15,36%.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Jika ditinjau menurut kawasan, kenaikan terbesar terjadi pada ekspor ke Afrika Tengah yang tumbuh 106,05%, diikuti dengan Karibia 73,24% dan Asia Tengah 55,36%.
"Kenaikan ekspor nonmigas Indonesia ke sejumlah kawasan pada Juli 2022 merupakan indikasi positif dampak kebijakan perdagangan internasional Indonesia pada awal semester II 2022 ini," sebut Zulkifli.
Adapun impor meningkat bulan Juli 2022 meningkat 1,64% dibanding bulan sebelumnya (MoM) menjadi US$ 21,35 miliar. Peningkatan impor pada Juli 2022 dipengaruhi oleh naiknya impor migas sebesar 21,30% (MoM). Di sisi lain, impor nonmigas pada Juli 2022 menurun 2,53% (MoM). Penurunan impor nonmigas pada Juli 2022 dipicu oleh turunnya impor golongan barang konsumsi sebesar 2,88% (MoM) dan barang modal yang turun 2,56% (MoM).
Selanjutnya impor golongan bahan baku/penolong yang dibutuhkan industri dalam negeri pada Juli 2022 naik 2,90% (MoM). Peningkatan impor bahan baku/penolong ini juga tercermin dari Purchasing Managers' Index (PMI) Manufaktur Indonesia pada Juli 2022 yang berada di level ekspansif sebesar 51,3 indeks poin dan menjadi yang tertinggi dalam tiga bulan terakhir serta cenderung lebih tinggi dibandingkan negara-negara ASEAN lainnya. Hal itu dikatakan Zulkifli dapat menjadi indikasi pemulihan dan semakin bertumbuhnya sektor manufaktur.
"Peningkatan impor bahan baku/penolong pada bulan Juli 2022 merupakan indikasi positif dari pemulihan dan semakin bertumbuhnya sektor manufaktur Indonesia," ungkap Zulkifli.
Di tengah kebijakan restriksi ekspor gandum di beberapa negara seperti India, Rusia, dan negara-negara lainnya, Zulkifli menyampaikan tidak terdapat lonjakan ataupun penurunan yang signifikan pada volume impor gandum. Volume impor gandum Indonesia pada Juli 2022 tercatat sebesar 604,02 ribu ton atau masih menunjukkan peningkatan 10,62% (MoM). Beberapa produk dengan kenaikan nilai impor terbesar pada Juli 2022 di antaranya logam mulia, perhiasan (HS 71) naik 62,51% MoM, impor Pupuk (HS 31) naik 35,78% MoM, gula dan kembang gula (HS 17) naik 29,12% MoM, daging hewan (HS 02) naik 27,97% MoM, serta serealia (HS 10) naik 10,38% MoM.
Berdasarkan negara asalnya, impor nonmigas Indonesia didominasi dari RRT, Jepang, dan Thailand. Negara asal impor dengan kenaikan impor nonmigas tertinggi pada Juli 2022 antara lain Yordania yang naik 112,31% (MoM), disusul Swiss naik 72,94% MoM, Afrika Selatan naik 32,37% MoM, Filipina naik 11,97 persen MoM, dan Kanada naik 11,50 persen MoM
(akn/hns)