Inggris Krisis Biaya Hidup, Ratusan Ribu Pekerja Dijanjikan Kenaikan Upah

Inggris Krisis Biaya Hidup, Ratusan Ribu Pekerja Dijanjikan Kenaikan Upah

Shafira Cendra Arini - detikFinance
Kamis, 22 Sep 2022 18:09 WIB
The union flag flies over the Houses of Parliament in Westminster, in central London, Britain June 24, 2016. REUTERS/Phil Noble
Foto: REUTERS/Phil Noble
Jakarta -

Sekitar 400 ribu pekerja di luar London akan mendapat kenaikan upah hidup layak menjadi 10,90 pound sterling atau setara Rp 185 ribu per jam (kurs Rp 17.000/pound sterling). Kenaikan upah ini untuk mengimbangi krisis biaya hidup yang dialami masyarakat Inggris.

Kenaikan tarif ini akan diberlakukan pada perusahaan-perusahaan yang tergabung dalam The Living Wage Foundation.

Yayasan ini mengkampanyekan pendapatan layak bagi para pekerja, di luar acuan upah minimum pemerintah. Lebih dari 11.000 pengusaha di Inggris telah tergabung di dalamnya, termasuk Aviva, Ikea, Burberry dan Lush.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

The Living Wage Foundation akan meluncurkan aturan kenaikan upah layak hidup-nya lebih cepat dua bulan dari waktu seharusnya. Ia mengklaim kenaikan ini merupakan yang terbesar yang pernah ia tetapkan.

Dilansir melalui The Guardian, Kamis (22/09/2022), The Living Wage Foundation mengatakan, kenaikan 10,1% untuk pekerja di luar London adalah yang terbesar dalam 11 tahun sejarahnya. Langkah ini diambil akibat tekanan kuat tengah melanda rumah tangga, dari meroketnya harga energi, hingga tingkat inflasi tertinggi dalam 40 tahun.

ADVERTISEMENT

Upah hidup akan meningkat sebesar 1 pound sterling menjadi 10,90 pound sterling per jam di seluruh Inggris, dan 11,95 pound sterling atau setara Rp 203 ribu per jam di London. Angka ini dihitung berdasarkan kebutuhan hidup masyarakat, lebih tinggi dari upah hidup nasional yang berada di Β£9,50 atau setara Rp 161,5 ribu untuk pekerja berusia 23 tahun ke atas.

Pengumuman itu muncul lantaran pertumbuhan upah rata-rata di seluruh Inggris telah gagal mengimbangi kenaikan biaya hidup. Akhirnya, para pekerja menderita kerugian terbesar, mencapai gaji rata-rata dalam catatan 20 tahun lalu.

Pertumbuhan tahunan gaji reguler mencapai 5,5% dalam tiga bulan hingga Juni, lebih kuat dari sebelum pandemi namun masih jauh di bawah tingkat inflasi yang melonjak.

Direktur Living Wage Foundation, Katherine Chapman mengatakan, menjelang musim dingin masyarakat semakin bergantung pada upah yang diperoleh, menyangkut dua kebutuhan pokok yakni makanan dan penghangat.

"Tarif baru hari ini akan memberikan keamanan dan stabilitas yang lebih besar bagi ratusan ribu pekerja dan keluarga mereka selama masa-masa yang sangat sulit ini," kata Chapman.

Beberapa pekerja pun mendapat manfaat dari kenaikan tarif ini, sementara kondisi berbeda menimpa para pekerja di sektor lainnya. Pekerja di sektor publik mengalami kenaikan upah rata-rata sebesar 2%, sedangkan mereka yang berada di sektor swasta mengalami kenaikan sebesar 6%.

Lanjut ke halaman berikutnya.

Bahkan, diperkirakan 4,8 juta pekerja di Inggris dibayar lebih rendah dari upah minimum. Tidak hanya itu, ada pula bukti peningkatan intensitas pekerja hingga melewatkan makan dan menggunakan bank makanan.

"Kami menghadapi tantangan yang belum pernah terjadi sebelumnya dengan krisis biaya hidup, tetapi bisnis terus meningkatkan dan mendukung pekerja dengan mendaftar ke upah layak dalam jumlah rekor," ujar Chapman.

"Kami tahu bahwa upah layak baik untuk pengusaha maupun pekerja, itulah sebabnya upah hidup yang sebenarnya harus terus menjadi inti dari solusi untuk mengatasi krisis biaya hidup," tambahnya.

Sebagai tambahan informasi, inflasi di Inggris naik di atas 10% pada bulan Juli untuk pertama kalinya sejak awal 1980-an. Hal ini didorong oleh melonjaknya harga bensin dan tagihan energi, serta kenaikan biaya toko mingguan. Tingkat headline turun sedikit menjadi 9,9% pada bulan Agustus, meski akan meningkat lebih lanjut pada bulan Oktober setelah kenaikan tajam dalam tagihan energi.



Simak Video "Video: Kala LEGO Naik Podium Grand Prix Inggris 2025"
[Gambas:Video 20detik]

Hide Ads