Menimbang Permintaan Luhut ke Masyarakat Bali untuk WFH saat KTT G20

Menimbang Permintaan Luhut ke Masyarakat Bali untuk WFH saat KTT G20

Herdi Alif Al Hikam - detikFinance
Rabu, 05 Okt 2022 20:00 WIB
Poster
Foto: Edi Wahyono
Jakarta -

Masyarakat Bali diminta untuk kerja dari rumah atau melakukan work from home (WFH) pada saat Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 berlangsung November mendatang. Permintaan itu diungkapkan oleh Menko Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan.

Permintaan ini diajukan Luhut secara langsung kepada Gubernur I Wayan Koster. Menurutnya, dengan adanya sistem kerja WFH di Bali mobilitas masyarakat pada saat penyelenggaraan KTT G20 buss berkurang. Dengan begitu, potensi kemacetan dan kepadatan lalu lintas bisa berkurang saat KTT berlangsung.

Bukan cuma WFH, Luhut juga meminta sekolah-sekolah di Bali juga melakukan mekanisme belajar dari rumah untuk sementara waktu.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Pak Gubernur ini dibantu ya untuk kebijakan sekolah daring dan karyawan agar work from home. Saya kira ini tidak ada masalah karena saat COVID-19 kita juga sudah terbiasa dengan daring dan ini sangat membantu untuk penyelenggaraan KTT G20," ujar Luhut saat memberikan arahan pada Rakor Persiapan KTT G20 di Bali, dikutip dari keterangannya, Rabu (5/10/2022).

Usulan Luhut ini nyatanya dinilai tidak akan mungkin bisa diterapkan di Pulau Bali. Analis Kebijakan Publik dari Universitas Trisakti Trubus Rahadiansyah menilai kebijakan ini akan kontraproduktif dengan upaya pemulihan ekonomi di Pulau Bali.

ADVERTISEMENT

Pasalnya, sejauh ini tidak banyak pekerjaan kantoran yang dilakukan di Pulau Bali. Kebanyakan pekerjaan di Bali berhubungan dengan pariwisata yang pekerjaannya tidak bisa remote atau dilakukan di rumah.

"Nggak banyak kantor kok di Bali. Kalau dia kerja dari rumah banyak kehilangan. Kerja apa dari rumah? Ini mungkin cuma imbauan nggak akan bisa diimplementasikan," ujar Trubus ketika dihubungi detikcom.

"Nggak bisa lah diterapkan. Ini kontraproduktif sekali," ujarnya.

Selama pandemi, menurutnya, masyarakat Bali sudah kesulitan mencari nafkah karena pariwisatanya berkurang. Kini Pulau Bali sedang diserbu wisatawan, maka dari itu akan sangat sayang sekali bila masyarakat malah diwajibkan untuk bekerja dari rumah.

"Kebijakan itu bertentangan dengan program pertumbuhan ekonomi. Kan mereka selama pandemi terpuruk sekali kan, sekarang lagi pemulihan, malah keluar kebijakan begitu jadi kontraproduktif sekali," kata Trubus.

Bersambung ke halaman selanjutnya.

Apabila alasan pemerintah menerapkan kebijakan WFH untuk mengurangi kepadatan, Trubus bilang itu tidak tepat. Pasalnya, secara sosial lingkungan di Bali tidak seramai di Jakarta.

"Kalau dari sosial masyarakatnya, jalan di sana ngga sepadat Jakarta menurut saya. Di Bali itu intensitasnya nggak separah di Jakarta. Kalau disuruh WFH ya malah aneh. WFH ini malah nggak ada pengaruhnya," kata Trubus.

Lagipula Trubus pun yakin, delegasi G20 ditempatkan di tempat yang khusus. Misalnya saja di kawasan elit yang jauh dari keramaian. Tempat menginap dan acaranya pun tidak akan jauh berbeda.

"Kayak hotel dengan venue-nya mungkin nggak akan jauh. Pasti dikasih jalan yang bagus juga," sebut Trubus.

"Kalau cuma alasan mobilitas biar nggak macet atau bagaimana kan mereka delegasinya ada patwal, ada protokoler lengkap. Tidak ada urusan kemacetan," lanjutnya.

Permintaan Lain Luhut
Selain meminta adanya WFH, Luhut juga meminta semua pemangku kepentingan mematangkan skenario operasi Bandara Ngurah Rai saat KTT G20. Mulai dari ketersediaan slot parkir pesawat VVIP, pengaturan slot-slot waktu pendaratan pesawat VVIP, hingga pemberlakuan penutupan bandara sementara.

Luhut juga menyampaikan kemungkinan akan ada pengurangan frekuensi penerbangan di bandara Ngurah Rai dan parkir pesawat untuk umum. Dia juga meminta ada sosialisasi yang baik soal pengaturan perubahan jarak dan atau jeda jadwal waktu antar-pesawat.

"Saya minta ini betul-betul dicek, masalah pesawat ini penting kalau bisa dari mulai sekarang kita sudah tanya pesawat yang dibawa dari negara-negara yang akan hadir itu apa saja dan jumlahnya berapa supaya kita bisa susun pengaturannya dari sekarang," kata Luhut.

Luhut juga meminta Bandara Ngurah Rai mengurangi pengurusan bea cukai, imigrasi, dan karantina (CIQ). Dalam hal ini menurut Luhut meminta paspor dan data-data sudah dicek terlebih dahulu tanpa perlu dikumpulkan dan diproses secara langsung di bandara.


Hide Ads