Senada dengan Bhima, Direktur Eksekutif Center of Reform on Economic (CORE) Indonesia Mohammad Faisal mengatakan, dibandingkan dengan krisis di Inggris, kondisi di China dampaknya akan lebih besar ke RI.
"China kan nomor satu ya, mitra dagang kita nomor satu, negara tujuan ekspor nomor satu, negara asal impor nomor satu, investasi juga sudah masuk 2-3 top three di Indonesia. Sehingga kondisi di China, apalagi diprediksikan tahun ini oleh World Bank jauh melambat sampai 2,8%. Ini artinya, pertumbuhan ekonomi terendah dalam beberapa dekade terakhir," kata Faisal.
Di sisi lain, ia optimis RI masih lebih resilient dibanding dengan negara-negara terdampak lainnya karena beberapa alasan. Yang pertama ialah kondisi Ri yang ditunjang oleh pasar domestik yang besar. Apabila pasar masih berjalan baik, menurutnya, pengaruh ekonomi global masih bisa diredam.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Berbeda dengan negara-negara Asia Tenggara yang pasar domestiknya kecil seperti Thailand, Malaysia, dan Vietnam. Apalagi negara-negara kecil yang memang ekonomi di didorong oleh ekonomi global misalnya Singapura dan Hongkong.
Lebih lanjut, Faisal juga menyoroti kondisi integrasi atau keterkaitan ekonomi RI dengan ekonomi eksternal yang menurutnya terbilang kecil.
"Walaupun sudah makin lama makin tinggi, tapi kalau dibandingkan negara lain, relatif lebih kecil. Dibandingkan Malaysia, Thailand, Filipina, Vietnam. Kita lebih lebih bersih keterkaitan dengan ekonomi globalnya, termasuk dengan China. Jadi ini yang membuat kita relatif lebih resilient yang dibandingkan negara lain," tambahnya.
Sebagai tambahan informasi, China termasuk ke dalam mitra dagang utama RI. Tercatat dalam data Badan Pusat Statistik per Agustus 2022, nilai impor Indonesia dari China mencapai US$ 6,596 triliun atau setara Rp 100,26 ribu triliun (kurs Rp 15.200). Jumlah ini mencakup hampir 1/3 total nilai impor RI.
Sementara, untuk nilai ekspor RI per bulan yang sama ke China, mencapai US$ 6,398 triliun atau setara Rp 97,25 ribu triliun, yang juga mencapai hampir 1/4 total nilai ekspor RI pada bulan tersebut.
Tidak hanya itu, dalam catatan detikcom pada April lalu, China menduduki posisi ke-3 untuk nilai investasi asing terbesar, dengan nominal mencapai US$ 1,4 miliar atau setara Rp 21,28 triliun. Posisinya ini persis di bawah Hong Kong yang berada di urutan ke-2, dan Singapura di posisi ke-1.
Simak Video "Video: Kepanikan Warga Rongjiang China saat Banjir Besar Melanda"
[Gambas:Video 20detik]
(zlf/zlf)