Perang Ukraina melahirkan krisis besar, yakni krisis pangan dan krisis energi. Hampir semua negara terdampak kondisi ini, termasuk Indonesia.
Bahkan, Bahlil mengatakan Indonesia terancam tidak mengonsumsi Indomie dan Pop Mie. Sebagai informasi, pasokan gandum Indonesia 100% diimpor dari dunia, salah satunya dari Ukraina.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Terkait komoditas energi, dalam APBN 2022, asumsi harga minyak US$ 63-US$ 70 per barel. Harga minyak sejak Januari 2022 sampai dengan Agustus 2022 rata-rata US$ 103 per barel. Produksi minyak Indonesia 700.000 barel per hari. Sedangkan konsumsi minyak 1.500.000 barel per hari.
"Jadi kita impor per hari 800.000 barel. Sedangkan negara kita ini bukan lagi negara penghasil minyak di OPEC sana," ujar Bahlil.
Bahlil mengatakan di dalam APBN 2022, subsidi BBM sebesar Rp 135 triliun. Asumsi harga minyak US$ 63 hingga 70 itu, sekarang harganya US$ 103 berarti ada kenaikan US$ 33 per barel. Kurs rupiah di asumsi APBN sebesar Rp14.500.
"Hari ini sudah Rp15.000 lebih kurs atas dolar. Maka kita harus disubsidi BBM ini Rp 635 triliun," ujar Bahlil.
Yang memprihatinkan, sebesar 70% BBM tidak tepat sasaran dan dinikmati kelompok orang yang berkecukupan. Oleh karena itu, pemerintah mengalihkan subsidi tersebut langsung ke kalangan tidak mampu.
Dalam kesempatan itu, Bahlil turut menyinggung program hilirisasi. Meski tidak semua negara G20 menyukai hilirisasi Indonesia, pemerintah tetap berkomitmen menjalankan hilirisasi.
Hilirisasi mampu mengeluarkan Indonesia dari ancaman jebakan pendapatan menengah atau middle income trap untuk menuju negara maju. Sebab itu, dalam mendorong realisasi investasi, pentingnya pemerataan ekonomi di seluruh daerah sebagai salah satu faktor untuk mendukung Indonesia Emas pada tahun 2045.
(hns/hns)