Ekonomi dunia tengah dilanda kekhawatiran akan terjangan badai resesi di tahun 2023. Kondisi ini sedikit banyak membuat masyarakat RI was-was perekonomian tanah air akan terpengaruhi.
Staf Khusus Wapres 2007-2014 dan Dosen Universitas Paramadina, Wijayanto Samirin mengatakan, krisis yang melanda dunia saat ini berbeda dengan krisis yang bisa diidentifikasi dari kejadian di masa lalu. Karena itulah, penanganannya pun membutuhkan waktu tidak sebentar.
"Krisis yang sekarang berbeda ada Pandemi Covid, Perang Ukraina-Rusia, Kekeringan di China terburuk selama 60 tahun terakhir, an apakah krisis Lembaga keuangan di dunia juga akan berbenturan," kata Wijayanto, di Universitas Paramadina, dikutip dalam keterangannya, Jumat (28/10/2022).
Dengan pertumbuhan ekonomi yang rendah seperti sekarang, lanjut Wijayanto, perusahaan akan mengerem ekspansinya bahkan membuat efisiensi sehingga mencari pekerjaan menjadi lebih sulit dan menantang. Kendati demikian, justru menurutnya krisis merupakan sebuah kesempatan.
Ia mengambil permisalan seperti seseorang yang mau berpindah lantai dengan lift. Saat mau memasuki lift, kita akan mengantre. Jika di lift tersebut ada yang kentut, maka semua orang di dalamnya akan bubar.
"Namun jika kita bisa tahan, pakai masker misalnya makan kita bisa survive di lift itu. Ketika krisis ada juga yang memutuskan naik tangga saja, ternyata lebih cepat lebih sehat, namun jika tidak ada krisis, maka kita tidak akan mengetahui cara lain untuk berpindah ke atas," jelasnya.
Menurutnya, yang dibutuhkan oleh para pebisnis dalam bertahan dalam kondisi penuh ketidakpastian seperti sekarang ini ialah mindset baru, attitude, skill baru, serta model bisnis baru.
Di sisi lain, untuk para pencari kerja dan lulusan baru, ia mengatakan, di luar pengetahuan, juga diperlukan improvisasi dengan soft skill dan life skill sebagai pelengkapnya.
Bersambung ke halaman selanjutnya.