Senada dengan Wijayanto, dalam kesempatan yang sama, Wakil Rektor Universitas Paramadina, Handi Risza menyebut, ada tiga hal yang perlu diasah untuk bertahan di tengah kondisi seperti sekarang ini. Hal tersebut di antaranya softskill, hardskill, dan lifeskill.
Handi juga turut menyoroti momentum bonus demografi yang saat ini tengah dirasakan oleh Indonesia. Menurutnya, ini adalah momentum emas sampai 2030 karena jumlah usia produktif RI mencapai puncaknya.
"Saat ini 80% populasi kita berada pada usia produktif. Artinya jika dikelola dengan baik, merek memiliki pekerjaan yang baik, inilah momen pertumbuhan kita. Sehingga diharapkan 2045 kita sudah sejahtera, karena sedang ada pada usia yang aktif. Kalau kesadaran kolektif ini dibangun maka kita akan menjadi champion pada tahun 2045 tadi," ujar Handi.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Di sisi lain, bonus demografi ini juga dapat mendatangkan bencana apabila tidak dimanfaatkan dengan baik. Ia menyebut, bencana bisa terjadi kalau lapangan pekerjaan sedikit sehingga angka pengangguran meningkat. AKhirnya, kondisi itu justru malah menambah beban negara.
"Karena negara harus bayar subsidi untuk teman-teman semua, subsidi energi, subsidi listrik dan menanggung beban usia produktif akan lebih berat dengan menanggung beban usia tidak produktif. Hal ini akan berakhir pada tahun 2030 karena usia produktif ini akan semakin menua," jelasnya.
Kendati demikian, ia masih optimis Indonesia mampu memanfaatkan momentum ini. Apalagi Handi menyebut, APBN RI telah tumbuh 6 kali lipat menjadi Rp 3 ribu triliun, dibanding pada 2004 yang hanya di Rp 500-600 triliun. Artinya, ekonomi RI tumbuh dan berkembang, didukung penerimaan pajak yang hampir Rp 2 ribu triliun.
"Kalau itu dikelola secara baik seharusnya tidak ada alasan kita menjadi miskin, karena kita sudah memiliki modal Rp 3 ribu triliun, maka itu kita bisa menjadi anggota G20, yaitu negara yang memiliki perekonomian terbesar di dunia. ini adalah satu modal yang membuat kita harus optimis untuk menjadi lebih baik kedepannya," Kata Handi.
"Jika semua dapat dikelola dengan baik, kita harapkan menjadi salah satu kekuatan besar perekonomian dunia, tentu saja dengan melakukan mitigasi-mitigasi yang sedang terjadi kita harus mampu menjaga daya beli masyarakat dan juga eningkatan ekspor dan impor," tandasnya.
(dna/dna)