Aparatur Sipil Negara (ASN) dituntut bisa lebih dinamis, fleksibel, cepat, tepat, produktif, dan lincah dalam menjawab tantangan dan proses aktualisasi pelayanan. Hal ini penting bagi ASN untuk bisa merespons tuntutan zaman dengan hadirnya era digital.
Kepala LAN Adi Suryanto mengatakan generasi ASN yang diharapkan mampu bergerak cepat adalah ASN Milenial. Mereka diminta menjadi generasi yang cepat, sigap, melek digital, dan tangguh. Posisi dan peran ASN Milenial sangat diuji dan dibutuhkan, demi menjawab tantangan demi tantangan dunia yang terus berkembang.
ASN dalam hal ini ASN Milenial dituntut untuk dapat meningkatkan kapasitasnya karena ASN memiliki kontribusi besar dan turut dalam menentukan arah pembangunan bangsa ke depannya.
"Kondisi yang tidak pasti ini membutuhkan ASN yang berintegritas, lincah, dan dibekali dengan pelatihan pengembangan kompetensi agar siap menghadapi tuntutan dan tantangan zaman. Sebagai pihak yang mendapat amanah undang-undang pelayanan publik, ASN harus dapat selalu beradaptasi, mengubah cara kerja, menjadi katalis dan motor penggerak, serta mengembangkan kapasitasnya dalam bidang digital agar dapat memberi pelayanan prima kepada masyarakat," paparnya dalam keterangan tertulis, Sabtu (5/11/2022).
Adi menjelaskan ASN memiliki hak pengembangan kompetensi sebesar 20 Jam Pelajaran (JP). Hal ini sesungguhnya dinilai kurang jika dibandingkan dengan jumlah JP yang diprogramkan bagi ASN di negara-negara maju. Pengembangan kompetensi adalah hak yang tidak bisa ditawar dan harus diberikan bagi seluruh ASN.
Hal ini seharusnya menjadi amanah bagi para atasan atau pimpinan unit dimana para ASN bekerja, di mana para atasan ini dinilai tahu dan memiliki kapasitas untuk mengarahkan pengembangan kompetensi apa-apa saja yang harus diterima oleh ASN yang aktif di mana para atasan ini memimpin atau menjabat. Hal ini menjadi perhatian khusus karena pada kenyataannya, fakta di lapangan berlangsung jauh dari harapan.
Seringkali, para atasan belum mengetahui tugas dan tanggung jawab manajerial tersebut dan melimpahkan keputusan terkait pengembangan kompetensi staf atau pegawai di unit ke Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia atau Daerah (BPSDM/D) di masing-masing satuan kerja.
"Hal ini yang saya nilai tidak pas. Sebagai pimpinan, harus mengetahui gap kompetensi masing-masing pegawai agar bisa merencanakan pengembangan kompetensi yang baik dan terarah. Saat ini, kita masih sibuk dengan pola recruitment. Setelah itu, seolah-olah pengembangan kompetensi pegawai yang telah direkrut bisa dikerjakan kapan-kapan. Bahkan, ada beberapa daerah yang melayangkan permohonan penangguhan pelaksanaan pelatihan pengembangan kompetensi, padahal ASN yang telah direkrut sudah melewati masa percobaan selama satu tahun dan yang bersangkutan seharusnya sudah melaksanakan pelatihan dasar (latsar) sebagai wujud pengembangan kompetensi sesuai amanat undang-undang," ungkapnya.
Lebih lanjut, Adi menguraikan kondisi terkait pengembangan kompetensi ini sangat disayangkan apabila disandingkan dengan data yang diperoleh dari BKN per Juni 2022 jumlah PNS di seluruh Indonesia sebesar 3,9 juta orang. Dari jumlah ini, yang menarik adalah komposisi PNS milenial sebesar 40% dari total tersebut. Artinya bahwa saat ini yang mendominasi PNS kita sekarang adalah para generasi X, Y, dan milenial Z.
Hal ini merupakan berkah demografis Indonesia, sehingga ketika ditarik garis lurus, ASN yang kini tengah berkecimpung di dunia birokrat adalah ASN Milenial yang energik dan penuh semangat. Hal ini perlu dipersiapkan karena harus diakui bahwa ASN Milenial merupakan ujung tombak dan harapan dalam menjawab tantangan menghadirkan pelayanan dengan tuntutan gaya milenial inilah yang wajib kita jawab dengan cepat dan adaptif. Kita harus segera mempersiapkan generasi PNS yang milenial dengan penuh tanggung jawab dan tetap berasas pelayanan prima.
"Acap kali, ASN milenial ini disematkan dengan kalimat "Harapan dan Pemimpin di Masa yang Akan Datang", selalu begitu. Kita harus memperbaharui sistem. Bagaimana yang muda-muda ini punya fast track dan cepat mencapai tingkat yang lebih tinggi. Mengapa tidak jika anak-anak muda dalam hal ini ASN Milenial menjadi pemimpin? Paradigma kita harus diubah. ASN Milenial, anak-anak muda adalah pemimpin masa kini dan masa yang akan datang!" jelasnya.
(ada/fdl)