Selepas SMA 1 di Pekalongan, Deny pun mengalihkan cita-citanya ke bidang hukum. Pada 1984, dia diterima di Fakultah Hukum Universitas Diponegoro, Semarang. Ketika sudah menyandang gelar sarjana, dia meniti karir di BCA pada 1990.
Pada 1992, Deny Hendrawati hijrah ke BMI yang merupakan bank syariah pertama di tanah air. Di bank itulah dia juga berlatih memakai busana muslimah. Awalnya karena kewajiban profesi, lama-lama menjadi kebiasaan sebagai bagian dari tuntunan agama (Islam).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Pagi-pagi sebelum masuk ruang kantor, dia masuk dahulu ke rest room. Di sinilah Deny berdandan mengenakan busana muslimah," ungkap Deny Hendrawati.
Di BMI Deny meniti karir hingga 2004, lalu pindah ke Bank Mega Syariah (BMS) milik pengusaha pribumi Chairul Tanjung. Di BMS, dia langsung menempati posisi sebagai Kepala Cabang Utama di Jakarta, sekaligus menjadi koordinator cabang seluruh Indonesia. "Akhirnya saya di sana sejak 2004 sampai 2009 dengan jabatan terakhir sebagai Kepala Divisi," ujar Deny.
Lima tahun berkarir di BMS, Deny Hendrawati pindah ke Bank Panin Dubai Syariah (BPDS). April 2011 menjadi puncak karirnya dengan menjabat Direktur Utama hingga Mei 2017. Di bawah kendalinya, BPDS menjadi bank umum syariah yang pertama kali go public di pasar Modal Indonesia. Bank ini mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Indonesia pada 2014.
Selama memimpin BPDS, sejumlah penghargaan diraih Denny Hendrawati, seperti CEO with survival management 2012 dari Perbanas. the best leadership CEO tahun 2014, dan 2015, dari Economic Review. Dia mengundurkan diri dari BPDS pada Mei 2017 untuk sepenuhnya mendampingi suaminya yang sakit.
Sedangkan cita-cita awal Deny Hendrawati diwujudkan anak semata wayangnya, Eggi Respati yang menjadi Dokter Spesialis Bedah Urologi.
(jat/dna)