KTT G20

Ekonomi RI Perkasa di G20, Tapi 'Keok' Dibanding Malaysia-Vietnam

Ilyas Fadilah - detikFinance
Senin, 14 Nov 2022 14:46 WIB
Kepala BKPM Bahlil Lahadalia (Foto: Rifkianto Nugroho/detikcom)
Jakarta -

Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia mengatakan, pertumbuhan ekonomi Indonesia menjadi salah satu yang terbaik di antara negara G20. Ekonomi Indonesia pada kuartal III 2022 tumbuh 5,72%.

Adapun capaian itu mengalahkan negara-negara maju seperti Amerika Serikat (AS) dan Korea Selatan. Berdasarkan data Kementerian Investasi, ekonomi AS per kuartal III adalah 1,8%, sementara ekonomi Korea Selatan adalah 3,1%.

Meski demikian, Bahlil mengakui ekonomi Indonesia masih kalah dari beberapa negara ASEAN, seperti Malaysia dan Vietnam. Hal itu disampaikannya dalam acara The Introduction to G20 Bali Compendium & The Launch of Sustainable Investment Guidelines.

"Pertumbuhan ekonomi kita di kuartal III 2022 itu tumbuh 5,72%, salah satu yang terbaik dibanding negara-negara G20. Namun di ASEAN kita harus mengakui pertumbuhan ekonomi Malaysia dan Vietnam jauh lebih baik ketimbang kita," kata Bahlil, dikutip Senin (14/11/2022).

Sebagai informasi, pertumbuhan ekonomi Malaysia per kuartal III 2022 melesat hingga 14,2%. Sementara pertumbuhan ekonomi Vietnam mencapai 13,7%.

Bahlil melanjutkan, penanganan inflasi Indonesia termasuk salah satu yang terbaik, masih di bawah 6%. Inflasi Indonesia berada di posisi kedua terendah dibanding negara G20 dengan angka 5,7%, hanya kalah dari China yang inflasinya 2,1%.

Ia mengatakan penanganan inflasi Indonesia tak lepas dari peran pemerintah yang disebutnya di luar kelaziman. Tidak cukup lewat Bank Indonesia lewat instrumen moneter, pemerintah juga mendetailkan kelompok-kelompok penyebab inflasi.

Salah satunya adala kelompok pangan seperti cabai merah dan bawang merah sebagai penyumbang inflasi tertinggi.

"Pendekatan untuk mitigasi agar tak lagi ada lonjakan inflasi yang dilakukan pemerintahan Jokowi di luar kelaziman teori ekonomi. Biasanya inflasi begitu dia naik maka yang melakukan aksi adalah BI lewat instrumen moneter. Tapi kali ini tidak cukup," ungkapnya.

Selain itu, keberhasilan Indonesia mencapai pertumbuhan ekonomi 5,7% disebut Bahlil tak lepas dari peran investasi. Nilai investasi dan ekspor mengalami kenaikan sehingga mendorong pertumbuhan ekonomi.

"Investasi naik, ekspor naik. Artinya faktor pendukung hulu pertumbuhan ekonomi adalah investasi. Investasi harus dipandang bagian terpenting urat nadi proses pertumbuhan, menciptakan lapangan kerja, kompetitif, dan pendapatan negara," pungkasnya.




(dna/dna)
Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork