Sebelumnya, pada 8 November kemarin, Bank Sentral Rusia telah sempat memperkirakan, produk domestik bruto (PDB) akan berkontraksi sebesar 3,5% di tahun ini. IMF dan Bank Dunia masing-masing juga telah memperkirakan penurunan PDB Rusia sebesar 3,4% dan 4,5%.
Kondisi ekonomi Rusia kian menurun setelah negara-negara barat, terutama Amerika Serikat (AS) dan Uni Eropa, menghujani Moskow dengan rentetan sanksi ekonomi dan pribadi sejak Putin melakukan invasi militer ke Ukraina pada 24 Februari lalu.
Salah satu alasannya, ialah invasi tersebut mendatangkan ketidakstabilan ekonomi hingga ancaman resesi global di 2023. Bahkan, negara-negara G20 sepakat akan hal tersebut. Hal ini tertulis dalam Bali Leaders Declaration yang terdapat 52 poin.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Banyak anggota mengutuk keras perang agresi Rusia yang ilegal, tidak dapat dibenarkan, dan tidak beralasan terhadap Ukraina dan menyerukan diakhirinya perang," bunyi dokumen tersebut, yang disepakati di perhelatan KTT G20 di Bali, Rabu (16/11/2022).
Langkah Rusia dinilai menghambat pertumbuhan ekonomi, meningkatkan inflasi, mengganggu rantai pasokan, meningkatkan kerawanan energi dan pangan, serta meningkatkan risiko stabilitas keuangan. Namun, diketahui para pemimpin G20 ada perbedaan pandangan terkait situasi perang Rusia beserta sanksinya. Menurutnya, tidak tepat membahas geopolitik di forum KTT G20.
Kendati demikian, negara G20 sepakat untuk mengambil tindakan nyata, tepat, cepat dengan menggunakan semua alat kebijakan yang tersedia untuk mengatasi krisis ekonomi global saat ini. Hal ini termasuk melalui kerja sama kebijakan makro internasional.
"Kami tetap berkomitmen untuk mendukung negara-negara berkembang, khususnya negara-negara kurang berkembang dan pulau kecil berkembang, dalam menanggapi tantangan global ini dan mencapai SDGs," tulisnya.
Simak Video "Video: Mantan Menteri Rusia Ditemukan Tewas Usai Dipecat Putin"
[Gambas:Video 20detik]
(zlf/zlf)