Lalu, Andrea Goldstein sebagai Head of Indonesia/India/Tunisia Desk at the Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD) memaparkan sejumlah permasalahan dunia saat ini.
"Dunia sedang dihadapkan dengan beberapa permasalahan, energy price shock yang besar, pasar tenaga kerja yang semakin ketat, dan upah riil yang semakin menurun. Pertumbuhan ekonomi baik dari tiap negara maupun secara global diproyeksikan mengalami penurunan pada tahun 2023," jelasnya.
Benua Eropa dihadapkan dengan risiko kekurangan cadangan energi pada musim salju tahun ini dan tahun depan. Rumah tangga konsumen juga dihadapkan dengan meningginya bunga cicilan rumah yang mengikuti tren suku bunga. Selain itu, banyak negara low-income memiliki risiko untuk kesulitan membayar utang di tengah keadaan perekonomian yang seperti ini.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ia menilai kebijakan moneter seharusnya tetap diperketat untuk memerangi inflasi. Di sisi fiskal, kebijakan yang diterapkan harus diupayakan untuk lebih tepat sasaran. Selanjutnya, menjaga perekonomian tetap terbuka (dalam konteks multilateral) akan membantu untuk me-restore pertumbuhan ekonomi.
James P.Walsh selaku Perwakilan Residen Senior untuk Indonesia di International Monetary Fund (IMF), menjelaskan bahwa saat ini di Indonesia kebijakan moneter sedang di tengah kesulitan, sedangkan kebijakan fiskal tetap dalam kondisi yang bijaksana.
Respon kebijakan fiskal terhadap pandemi dapat terbilang efektif melalui program PEN dan anggaran belanja yang ditargetkan, kebijakan fiskal yang dilakukan telah mendukung rumah tangga rentan yang terkena dampak pandemi.
(ara/ara)