Resesi Mengancam Dunia Tahun Depan, Nasib RI Gimana?

Shafira Cendra Arini - detikFinance
Sabtu, 31 Des 2022 14:31 WIB
Foto: Agung Pambudhy
Jakarta -

Awan gelap resesi menyelimuti perekonomian dunia di 2023. Meski perekonomian Indonesia disebut-sebut tidak akan terlalu terdampak, namun para pengamat ekonomi tetap mewanti-wanti untuk tetap waspada.

Direktur Pusat Penelitian Kebijakan Ekonomi (PPKE) Fakultas Ekonomi Bisnis, Universitas Brawijaya (FEB UB), Candra Fajri Ananda berpendapat, resesi tetap perlu diwaspadai meski perekonomian Indonesia relatif less connected dengan perekonomian global.

"Keterkaitan dan dampak perekonomian global terhadap perekonomian Indonesia pun tak bisa dipandang remeh, terutama dalam jalur ekspor-impor dan jalur aliran modal asing," ujar Candra, dalam keterangan tertulis, dikutip Sabtu (31/12/2022).

Menurutnya, resesi akan mengancam sektor perekonomian yang terintegrasi antar negara. Apabila pelemahan aktivitas perdagangan di negara maju terjadi, bisa mempengaruhi perdagangan di negara berkembang yang ekonominya bergantung pada ekspor-impor. "Sebaliknya, perekonomian Indonesia yang mengandalkan pasar domestik akan cukup kuat meski dunia terancam resesi pada 2023," kata Candra.

Candra mengatakan, ada beberapa sektor yang dapat diandalkan pemerintah untuk menyelamatkan Indonesia dari ancaman resesi, di antaranya adalah sektor UMKM, pariwisata, hingga sektor industri pengolahan tembakau.

"Dalam mendukung berbagai sektor tersebut, sisi keuangan dan perbankan nasional serta investasi juga perlu dijaga untuk dapat mendukung iklim usaha dalam aktivitas ekonomi," katanya.

Sementara itu, Pengamat ekonomi pariwisata, Aang Afandi mengatakan, kinerja kualitatif yang menonjol pada sektor pariwisata tahun ini salah satunya terlihat dari keberhasilan gelaran Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 di Bali.

Untuk ke depannya, Aang mengatakan, ada sejumlah tantangan di sektor pariwisata. Pertama, harga tiket transportasi yang meningkat, seperti pesawat akibat adanya kenaikan harga bahan bakar (avtur).

Kemudian yang kedua, menjaga keseimbangan antara pariwisata berbasis kapital dan komunitas yang harus diawali dengan peningkatan kapasitas SDM (utamanya di pedesaan, misalnya di Kuta Mandalika).

"Ketiga, regulasi Visa. Keempat, implementasi Green and Sustainability Tourism (included circular economic for tourism). Dan kelima, sinergi Pariwisata dan Ekonomi kreatif," ujar Aang.




(fdl/fdl)
Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork