Kepala Dinas Ketahanan Pangan, Pertanian dan Perikanan (KP3) Kota Serang Sony August meminta PT Wilmar Padi Indonesia (WPI) memenuhi kebutuhan beras di wilayahnya. Dengan hadirnya Kawasan Industri Terpadu Wilmar (KITW) di Serang, Banten, WPI diharapkan mampu menjadi pendongkrak produktivitas padi di wilayah Serang.
"Di Banten, kita punya aset satu hamparan 412 hektare. Tanah pertaniannya itu sekarang yang bisa produktif itu cuma ada di 376 hektare dalam satu hamparan. Dari 376 hektare ini, apabila diproduksi dalam jangka waktu satu tahun bisa menghidupi masyarakat Kota Serang sebanyak 46%," ujar Sony saat ditemui di sela kegiatan kunjungan lahan Farmer Engagement Program (FEP) WPI, Senin (30/1/2023).
"Saya inginnya produksi itu bisa meningkat, makanya saya punya program bagaimana caranya supaya tahu hilir. Sekarang hilirnya yang saya tahu hanya ada Bulog. Rata-rata dulu sebelum ada Wilmar itu banyak ijon-ijon atau tengkulak yang datang dari Karawang, Cianjur. Berasnya dari kita, gabahnya dari kita, setelah itu dia ke Karawang atau Cianjur, dia produksi di sana, terus dibawa lagi ke kita (untuk dijual) dengan harga lebih tinggi," sambungnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sony menjelaskan saat ini neraca ketahanan pangan Kota Serang posisinya justru masih kurang. Adapun kebutuhannya yakni 1.203,56 ton, namun peredaran ketersediaan yang masih ada sebanyak 832,90 ton atau masih minus 370,66 ton.
Melihat hal ini, Sony juga mendorong Wilmar Padi untuk memasarkan produk ke pasar, di samping toko retail, serta memperbanyak produksi beras medium seperti Sawah Hijau.
"Awalnya saya tahunya Wilmar Padi menjual kepada retail, (memasarkan) beras premium yang harganya cukup tinggi untuk menengah ke atas. Ternyata Wilmar punya produk medium, Sawah Hijau. Saya ingin Wilmar Padi memenuhi kebutuhan di Kota Serang dan masuk ke dalam pasar," paparnya.
"Tolong pasarnya jangan (hanya) ke retail, jangan menengah ke atas. Kebutuhan pasar di kita masih kurang. Tolong tadi yang Sawah Hijau dipenuhi pasar kita. Kalau untuk masalah harga kita ikuti harga pasar, mudah-mudahan bisa di bawah pasar," lanjutnya.
Menanggapi hal ini, Head Farmer's Engagement Program WPI, Andi Bachtiar menyebut hingga saat ini pihaknya telah menggarap sekitar 330 hektare lahan di kabupaten/kota Serang. Ia juga menegaskan akan turut mendorong pemerintah daerah hingga petani dalam hal produksi beras.
Salah satunya melalui program demonstration plot (demplot) yang mendorong penerapan praktik pertanian yang baik (good agriculture practices/GAP) untuk meningkatkan produktivitas padi.
Adapun praktik pertanian ini diterapkan melalui pemupukan yang tepat dengan menggunakan pupuk produksi Wilmar, penggunaan bibit unggul, pengendalian hama penyakit, penggunaan teknologi, pengaturan masa tanam, dan pemanenan.
"Kami sebenarnya juga support karena beliau harapannya juga untuk meningkatkan produksi. Hal ini sejalan juga dengan program kami di Farmer Engagement Program untuk kemitraan dengan petani. Kami juga punya tim lapangan agronomis yang mendampingi petani dari awal persiapan lahan, perawatan lahan sampai dengan panen," jelasnya
"Pada saat panen pun kami juga akan bantu untuk serapan. Jadi, kami punya SOP yang memang harus diikuti petani, mulai dari jumlah bibit yang harus digunakan dalam satu hektare, rekomendasi pemupukan dan pestisida. Sehingga kalau petani mengikuti rekomendasi dari kami, harapan produksi bisa kita capai," sambunganya.
Klik halaman selanjutnya >>>
Wilmar Padi Indonesia Dorong Produksi Petani di Serang, Banten
![]() |
Program yang dihadirkan WPI bersama petani mitra telah dirasakan manfaatnya oleh beberapa petani hingga supplier di Serang. Salah seorang anggota Kelompok Tani Wisnu Kencana di Desa Serdang, Kecamatan Kramatwatu Kabupaten Serang, Rudi mengaku mengalami peningkatan produksi sekitar 10 persen.
"Sudah jadi mitra WPI sejak musim kemarin, Mei 2022. Sejauh ini, bagus karena ada kenaikan di peningkatan hasil sekitar 10 persen dari 6 ton jadi 7,3 ton," ungkapnya.
Tak hanya itu, sejak bermitra dengan WPI, Rudi juga mengaku telah merasakan banyak peningkatan berkat bantuan yang diberikan. Ke depan, dirinya pun berharap WPI dapat memberikan bantuan lainnya berupa traktor.
"(Untuk penghasilan), lumayan ada peningkatan sekitar 10-15%. Sebelum ada WPI biasanya standar lokal. Selama ini sudah dibantu WPI berupa pinjaman, pupuk, pestisida, benih. Pengennya mah ditambah traktor biar lebih singkat dan cepat lagi. Biar benih 20 hari bisa langsung tanam," katanya.
Senada dengan Rudi, petani sekaligus Ketua Gapoktan Desa Cigelang, Kecamatan Ciruas, Madsupi juga merasakan hal yang sama. Bahkan, berkat menerapkan sistem tanam WPI, dirinya tetap mampu memproduksi 5-6 ton di saat petani lain hanya memproduksi 2 ton karena gangguan hama.
"Produksinya kalau tidak ada serangan hama, apalagi kalau mengikuti Wilmar selalu melebih batas krena selalu dikawal. Kalau yang tidak (ada hama) hampir 6-7 ton," paparnya
"Yang kemarin bulan lalu, itu temen-temen cuma dapat 2 ton mungkin karena serangan hama. Kemudian pestisidanya mungkin tidak dibina dan dibimbing. Kalau di Wilmar kan mulai dari penyemprotan, aplikasinya, sampe pasca panen itu dikawal," imbuhnya.
![]() |
Soal harga jual, Madsupi mengaku juga mengalami kenaikan. Tak hanya itu, hadirnya WPI juga membantu para petani untuk terbebas dari jerat tengkulak.
"Pendapatannya alhamdulillah. Naiknya sedikit lumayan. Harga jual kalau petani biasa Rp 5.500 per kg, kita jual ke Wilmar Rp 5.750. Kalau nggak ada Wilmar itu udah jelas pasti kebobolan, petani suka dibohongi sama tengkulak dan orang luar. Kalau musim panas bagus, mereka datang, beli padi kita, sementara berasnya dijual ke Banten," katanya.
Tak hanya petani, keuntungan ini pun turut dirasakan oleh supplier petani di Desa Serdang Syafiudin. Ia mengaku adanya WPI turut mempermudah dirinya menjual hasil panen para petani.
"Kalau untuk penjualan hasil panen dalam jumlah besar, kita merasa terbantu. Bisanya kan (dijual) ke Jawa Barat saat panen raya. Kalau sekarang semenjak ada WPI, terbantu. Penyerapannya jadi lebih mudah dan dekat, jadi memotong biaya transportasi. Jadi kan ada efisiensi harga dasar ke petani ikut naik sekitar Rp 200-300 per kilogram," ungkapnya.
Di samping itu, penjualan ke WPI juga dikatakannya tidak memakan waktu yang lama. Menurutnya, hal ini juga berdampak positif bagi petani. Untuk itu, ia berharap ke depan WPI dapat menyerap PK (pecah kulit) hingga beras medium.
"Untuk finansialnya bisa dipastikan nggak kayak di pasar. Kalau WPI kan hari ini kirim, besok keluar harga, siangnya masuk (dananya). Kalau nggak gitu kan agak repot karena kita menghadapi petani, harus bayar langsung. Supplier kan jaminannya di situ karena putaran, modal kita juga terbatas," tutupnya.
(ncm/ega)