Awalnya Presiden Filipina Duterte kurang menganggap serius insiden-insiden yang terjadi antara aparat Filipina dan Cina. Namun sekitar tahun 2020-an, pemerintah Filipina memberikan respons yang lebih serius terhadap berbagai insiden di atas, antara lain dengan makin memperkuat patroli penjaga kedaulatan di wilayah perairan yang masih berada dalam sengketa.
Dalam diskusi yang diprakarsai FSI itu, mengemuka pandangan bahwa pengalaman Filipina menghadapi operasi gray zone Cina membawa implikasi yang penting bagi Indonesia. Menurut ketua FSI, Johanes Herlijanto, pengalaman Filipina memperlihatkan bahwa Indonesia bukan satu-satunya negara yang menjadi target dari operasi gray zone Cina.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Selain itu, apa yang terjadi dengan Filipina memperlihatkan bahwa hubungan mesra dengan Cina tidak serta-merta mengurangi, operasi gray zone mereka.
Berkaca dari hal di atas, Indonesia perlu melanjutkan sikap serius yang sudah ditunjukan terkait upaya menjaga kedaulatan dan hak berdaulat Indonesia di perairan Natuna yang sering menjadi target aktivitas gray zone.
Upaya meningkatkan kekuatan militer dan kehadiran Tentara Nasional Indonesia Angkatan Laut di wilayah ZEE terluar perlu ditingkatkan. Dan yang juga harus digaris bawahi adalah Indonesia perlu untuk berdiskusi dan berbicara dengan negara-negara ASEAN lainnya untuk mencari solusi bagi isu operasi gray zone di wilayah Asia Tenggara.
(dna/dna)