Neraca perdagangan Indonesia kembali mencatatkan surplus 34 bulan berturut-turut. Per Februari, neraca perdagangan Indonesia surplus US$ 5,44 miliar.
Surplus neraca perdagangan Indonesia terjadi karena nilai ekspor lebih tinggi dari impor. Nilai ekspor Indonesia pada Februari US$ 21,40 miliar, sedangkan impor US$ 15,96 miliar.
"Secara month to month nilai impor Februari US$ 15,96 miliar atau turun 13,68% dibanding Januari 2023," ujar Deputi Bidang Statistik Produksi BPS M Habibullah dalam konferensi pers, Rabu (15/3/2023).
Habibullah melanjutkan, turunnya impor Februari secara bulanan sebesar 13,68% disebabkan oleh turunnya impor migas 17,19% menjadi US% 2,41 miliar dan nonmigas 13,03% menjadi US$ 13,51 miliar.
"Terlihat perkembangan 2021 hingga 2023 dalam tiga tahun terakhir pertumbuhan impor Februari ada pola yang sama yaitu tren menurun," katanya.
Lebih lanjut, Habibullah mengatakan turunnya impor nonmigas 13,03% karena peran beberapa komoditas, seperti mesin dan perlengkapan elektrik dan bagiannya.
"Mesin peralatan mekanis dan bagiannya 10,27%, plastik dan barang dari plastik turun 15,21%. Penurunan impor migas 17,19% dikarenakan turunnya minyak mentah turun 45,39% hasil minyak turun 8,20%," tuturnya.
Sedangkan nilai impor Indonesia pada Februari jika dilihat secara tahunan juga turun 4,32%. "Untuk komoditas migas terjadi penurunan minus 17,8% turun 2,90 jadi US$ 2,41 miliar," katanya.
Simak juga Video 'Jurus Andalan Kemendag pada Raker untuk Hadapi Krisis Global 2023':
(kil/ara)