Kepala Ekonom di LPL Financial, Jeffrey Roach mengatakan, ekonomi AS berkemungkinan sedang berada pada titik belok. Kondisi ini diakibatkan oleh sempat melemahnya belanja konsumen dalam beberapa bulan terakhir.
"Sifat berkebalikan dari laporan PDB itu mungkin menyesatkan pasar karena kita tahu konsumen masih berbelanja di bulan Januari. Tetapi sejak Maret, telah mundur karena konsumen semakin pesimis tentang masa depan," kata Roach.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sementara itu, dalam berita ekonomi lainnya, klaim angka pengangguran mencapai 230.000 pada sepekan per 22 April. Angka ini turun 16.000 dari sebelumnya dan berada di bawah perkiraan yakni 249.000.
Sebagai tambahan informasi, laporan PDB tersebut muncul beriringan dengan Bank Sentral AS, Federal Reserve yang tengah berupaya menangani inflasi yang telah berjalan pada level tertingginya selama 40 tahun terakhir.
Dalam rezim pengetatan kebijakan yang dimulai pada Maret 2022 ini, bank sentral telah menaikkan suku bunga acuan sebesar 4,75 poin persentase, membawanya ke level tertinggi dalam hampir 16 tahun.
Meskipun inflasi telah turun dari puncaknya di angka 9% pada Juni 2022 silam, saat ini inflasi tetap jauh di atas target The Fed sebesar 2%. Para pembuat kebijakan mengatakan, inflasi masih terlalu tinggi dan masih membutuhkan kenaikan suku bunga.
(hns/hns)