Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Muhadjir Effendy membeberkan hal yang membuat Indonesia dapat terjebak dalam middle income trap, alias jebakan pendapatan kelas menengah.
Menurut Muhadjir, middle income trap terjadi jika Indonesia tidak bisa memanfaatkan bonus demografi. Bonus demografi artinya jumlah penduduk usia produktif (15-64 tahun) lebih banyak dibanding penduduk usia tidak produktif.
"Kalau di usia produktif tidak produktif, tidak berpenghasilan yang cukup tinggi, maka ketika di hari tua dia tidak punya masa depan. Itulah yang akan membebani negara, dan negara akan terjebak di dalam yang disebut dengan the middle income trap," katanya dalam Puncak Perayaan Hari Buruh Internasional, disiarkan kanal YouTube Kementerian Ketenagakerjaan, Sanin (1/5/2023).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Masyarakat yang terjebak di middle income trap memang tidak miskin, tapi juga tidak kaya. Namun Muhadjir menilai middle income trap lebih mudah mendorong seseorang menjadi miskin sehingga berpotensi jadi beban negara di masa depan.
"Penghasilan menengah itu bahasa jawanya penghasilan mertanggung. Memang tidak miskin tapi tidak kaya. Tapi lebih mudah jadi miskin daripada kaya, itulah middle income trap, itu yang paling kita khawatirkan dan dikhawatirkan semua negara yang mengalami bonus demografi," bebernya.
Bonus demografi memang bisa memberikan manfaat, namun juga menjadi petaka. Setelah bonus demografi, suatu negara akan masuk ke fase aging population, atau negara berpenduduk tua. Jika gagal memanfaatkan bonus demografi, maka hal itu justru menjadi petaka.
Ia menyebut Indonesia harus berkaca ke Korea Selatan dan Jepang yang berhasil memanfaatkan bonus demografi dengan baik. Meskipun hal itu tidaklah mudah sebab Indonesia memiliki sejarah, kultur, dan tradisi sendiri.
Kita perlu berkaca dengan negara yang berhasil melewati bonus demografi dengan baik, ada Korea Selatan, Jepang, contoh baik untuk kita tiru," pungkasnya.
(eds/eds)