Dampak merebaknya penyakit African Swine Fever (ASF) atau flu babi Afrika membuat para peternak babi panik. Ketua Gabungan Usaha Peternakan Babi Indonesia (GUPBI) Bali Ketut Hari Suyasa mengatakan, di tingkat peternak harga babi hidup mengalami penurunan sejak 2 bulan lalu.
Secara nasional harga babi hidup turun hingga Rp 12 ribu per kilogram menjadi hanya Rp 48 ribu per kilogram. Sebelumnya harga babi hidup dijual Rp 60 ribu per kilogram.
"Kalau kita berasumsi penurunan nilai, di Bali sekarang harganya Rp 35 ribu, turun Rp 7 ribu dari Rp 42 ribu per kilogram. Kalau rata-rata secara nasional Rp 12 ribu, kalau kita hitung harganya sekarang Rp 48 ribu dari Rp 60 ribu," katanya saat dihubungi detikcom, Senin (15/5/2023).
Menurut Ketut penurunan harga tersebut terjadi usai ASF merebak di pulau Sulawesi. Bahkan terjadi panic selling atau penjualan babi secara tiba-tiba karena khawatir.
Ketut menjelaskan penyebaran wabah dan tingkat kematian babi yang terinfeksi ASF cukup tinggi. Satu saja babi terinfeksi maka babi yang berada di kandang tersebut kemungkinan besar akan mati. Hal inilah yang membuat peternak babi melakukan panic selling.
"Jadi hal bijak yang paling cerdas di wilayah yang dekat dengan kejadian dengan wabah pasti menjual produk mereka. Agar produknya cepat laku, apa yang harus dilakukan? Jual murah," bebernya.
Ia pun menyayangkan penanganan dari pemerintah pusat yang dinilai kurang optimal dalam menangani kasus ini.
"Dengan kejadian di Sulawesi meluas wabahnya, yang cukup kita sayangkan ini terkait pemerintah pusat kenapa wabah ini bisa meluas. Ini seharusnya tidak seperti ini. Kalau pemerintah pusat perhatikan, babi ini sebagai komoditi unggulan," jelasnya.
"Ini kan Sulawesi seharusnya tidak tersentuh, sekarang tersentuh. Kenapa tidak ada upaya untuk melokalisir wabah? Ini saya juga belum melihat," lanjutnya.
Di tengah penyebaran ASF Ketut meyakinkan daging babi yang terpapar tidak berpengaruh saat dikonsumsi. Selain itu, harga daging babi pun tidak mengalami perubahan.
"Kalau dikonsumsi ada pengaruh? nggak ada pengaruh. Karena nilai jual dari daging babi sendiri masih tetap, kisaran Rp 120-140 ribu per kilo, kalau asumsi di Jakarta," ungkapnya.
Dilansir dari detiksulsel, Dokter hewan Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Lutim Gusti Ngurah menyebut penyebaran flu babi Afrika kini semakin ganas di Luwu Timur, Sulawesi Selatan. Sebanyak 14.756 ekor babi yang mati hanya dalam satu bulan terakhir.
"Totalnya 14.756 (babi mati) di sebelas Kecamatan di Luwu Timur," kata Gusti.
(das/das)