Henny menjelaskan, untuk merangkul para UMKM untuk berada di bawah naungan Rolupat jelas tidak mudah. Dirinya mengakui selain perlu melakukan penyaringan dan pelatihan agar para UMKM kecil berkembang, dirinya membutuhkan lembaga pembiayaan yang kuat seperti PT Bank Rakyat Indonesia.
Kata Henny, para UMKM membutuhkan modal untuk memproduksi makanya ia memilih sistem pembelian putus atau beli secara tunai. Oleh karena itu, Henny membutuhkan dana segar untuk mewujudkannya.
"Dengan BRI, kami membantu peminjaman uang dengan aset milik saya yang dijaminkan. Ini sekaligus untuk meningkatkan ekonomi UMKM kecil karena kami membeli produk secara putus (beli langsung)," ucap Henny.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Henny bercerita, ia berani menjaminkan asetnya untuk mendapatkan kredit untuk untuk meningkatan bisnis UMKM. "Saya sebagai penjamin agar para UMKM kecil ini mendapat pinjaman," ujar dia.
Pemilik Rolupat ini berkisah, pada awal usahanya, ia memanfaatkan Kredit Usaha Rakyat dari BRI untuk mendapatkan pinjaman Rp 3 miliar. "Saat itu hanya ada 35 UMKM yang tergabung," ujarnya. Saat ini, dengan aset yang ia miliki, ia bisa mendapatkan pinjaman hingga Rp 13 miliar, tergantung proyek yang ia garao dengan UMKM.
Henny mengibaratkan dirinya seperti atapnya para UMKM. "Saya menaungi mereka, dari pebisnis makanan, batik, tas, hingga aksesori.
Tak hanya itu saja. Untuk memperluas jangkauan pasar, Rolupat sudah mulai merambah digital sejak tahun 2019. Henny bersama Rolupat bahkan mencicipi keuntungan menggunakan sistem digital.
Tahun 2019, Henny lewat Rolupat menjual produknya di berbagai platform e-commerce. Penjualnya mendaki tinggi saat pandemic COVID-19 melanda. "Ramai sekali, penjualan online hingga mencapai 60 persen," ujarnya.
Ia juga yakin, pemasaran digital sangat penting sekali bagi pelaku pelaku bisnis UMKM. Tak hanya platform e-commerce, media sosial juga menjadi tempat dagang para UMKM untuk memperluas pasar.
(lth/hns)