Indonesia akan memimpin konferensi tingkat tinggi (KTT) Kepulauan dan Pulau Kecil atau Archipelagic and Island States Forum (AIS) di Bali pada Oktober 2023. Negara yang akan hadir dalam pertemuan itu sebanyak 51 negara termasuk Indonesia yang menjadi pemimpin pertemuan itu.
Adapun fokus pembahasan pertemuan itu di antaranya implementasi ekonomi biru, adaptasi dan mitigasi perubahan iklim, sampah laut yang masuk dalam penanggulangan polusi laut, serta tata kelautan dan kemaritiman.
Selain itu, ilegal fishing juga akan dibahas dalam pertemuan tersebut. Namun, Sekretaris Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Ayodhia G. L. Kalake menjelaskan bahwa sebenarnya fokus pembahasannya tidak mengerucut mengenai ilegal fishing tetapi lebih kepada penangkapan ikan yang aman.
"Tetapi ini menjadi perhatian kita bersama bagaimana kita melakukan penangkapan ikan yang berkelanjutan. Kita harapan semunya secara bersama bahu membahu mengatasi tantangan dan ancaman terhadap laut tersebut," katanya dalam Media Gathering di The Hermitage, Jakarta Pusat, Kamis (20/7/2023).
Dalam kesempatan yang sama, Senior Advisor for Climate and Environmental Governance, AIS Program Manager, Abdul Wahib Situmorang (Ucok) mengatakan soal ilegal fishing akan dibahas mengenai akar masalahnya. Jadi, antar negara bisa bertukar pikiran atau solusi untuk menangani masalah tersebut.
"Yang kita omongin akar masalah ilegal fishingnya. Nah oleh karena itu, akar maslaahnya pasti karena masalah kemiskinan, tata kelola. Oleh karena itu yang kita mau dorong yang tadi sudah disampaikan soal ecotourism dan bagaimana ecotourism tulang punggunya masyarakat di pesisir," jelasnya.
Lantas apa manfaatnya pertemuan forum untuk nelayan khususnya di Indonesia?
Abdul mengungkap ada sejumlah manfaat yang akan didapat dari kemitraan dan forum internasional ini. Pertama dari sisi teknologi, di mana nelayan bisa mendapatkan teknologi yang lebih maju dalam menangkap ikan.
"Mengenai teknologi yang bisa dipergunakan nelayan-nelayan kita untuk tahu ikannya ada di mana, jenisnya apa, berapa banyak volumenya, itu ada teknologi sekarang ini. Itu juga nanti bisa menghemat waktu dipakai oleh nelayan nanti untuk menangkap ikan di laut," terangnya.
Kemudian, forum ini juga akan mendorong teknologi yang menunjang pemberitahuan iklim untuk nelayan. Hal ini dilakukan membantu nelayan memprediksi iklim saat mau melaut.
"Melalui forum ini adalah mendorong sebanyak mungkin teknologi yang berbasis ilmu pengetahuan yang bisa dipergunakan nelayan-nelayan tradisional kita," jelasnya.
"Indonesia sebenarnya adalah pionir, BMKG Kita itu secara rutin menyampaikan informasi mengenai cuaca informasi mengenai kejadian penting yang nelayan kita perlu tahu," tambahnya.
Sebagai informasi, AIS forum ini merupakan wujud leadership Indonesia di kancah dunia internasional. Konferensi Tingkat Tinggi AIS Forum ini merupakan mandat dari pertemuan keempat tingkat menteri AIS Forum yang telah dilaksanakan di Bali pada tanggal 5 Desember 2022 yang lalu.
Kemudian dari arahan Presiden Joko Widodo KTT AIR Forum akan diselenggarakan pada 11 Oktober 2023 di Bali. Secara paralel akan dilakukan pertemuan tingkat menteri AIS Forum pada 10 Oktober 2023 yang akan menjadi pertemuan untuk menyiapkan dokumen terkait KTT AIR Forum. Rencananya KTT AIS Forum ini diselenggarakan di Nusa Dua Bali, dan akan mengundang 51 negara partisipan AIS Forum.
Daftar negara yang diundang ada di halaman berikutnya.
(ada/das)