Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan negara-negara anggota Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD) menyambut positif rencana Indonesia untuk bergabung berkat keberhasilan Indonesia memimpin Presidensi G20 Indonesia 2022. Hal ini ia sampaikan usai menerima kunjungan dari Sekretaris Jenderal OECD Mathias Cormann di Kantor Kemenko Perekonomian.
"Bahwa keinginan Indonesia sudah diberitahukan ke-38 anggota dari OECD dan pada prinsipnya mereka menyambut sangat positif karena Indonesia dinilai berhasil dalam kepemimpinan di G20 dan sekarang Bapak Presiden memimpin ASEAN," tutur Airlangga dalam keterangan tertulis, Kamis (10/8/2023).
Selain rekam jejak keberhasilan memimpin G20, sambutan positif berdatangan karena di bawah kepemimpinan Presiden Joko Widodo, Indonesia dinilai mampu mengendalikan pandemi COVID-19 dengan baik. Pasalnya selama pandemi, Indonesia berhasil mengendalikan virus COVID-19 sekaligus menjaga pertumbuhan ekonomi di atas 5%.
"Dan saat sekarang Pak Presiden Jokowi memimpin ASEAN, dan di situ mereka melihat terkait COVID-19, dalam situasi COVID-19, ekonomi Indonesia tumbuh baik," tutur Airlangga.
Ketua Umum DPP Partai Golkar ini mengatakan untuk bergabung menjadi anggota OECD, membutuhkan waktu yang panjang, bahkan bisa memakan waktu empat sampai delapan tahun. Oleh karena itu, ia menyampaikan keanggotaan Indonesia tidak bisa diumumkan tahun ini.
Airlangga menuturkan jika Indonesia berhasil masuk menjadi anggota OECD, akan menjadi sejarah bagi pemerintahan periode ini. Sebab, Indonesia akan menjadi negara Asia Tenggara pertama yang bisa bergabung dengan OECD. Sedangkan di level Asia, Indonesia bakal menjadi negara ketiga yang berhasil menjadi anggota OECD.
Menurut Airlangga, mayoritas negara-negara anggota OECD berpendapatan tinggi. Ia menerangkan rerata pendapatan per kapita negara OECD sekitar US$ 10.000 pada 2022. Maka jika Indonesia berhasil menjadi anggota OECD, menjadi indikasi adanya peningkatan pertumbuhan ekonomi Indonesia. Ia juga menjamin keanggotaan Indonesia di OECD tidak akan menimbulkan konsekuensi buruk terhadap negara.
"Anggota OECD itu rata-rata pendapatan per kapita di atas US$ 10 ribu, sehingga standar-standar yang dilakukan OECD itu menjadi tolok ukur dalam program pembangunan yang dilakukan di Indonesia. Dengan begitu, kita bisa lolos dari middle-income trap," tegas Airlangga.
Sebagai informasi, per tahun 2022 Indonesia telah terkategori menjadi negara berpendapatan menengah atas dengan pendapatan per kapita US$ 4.580. Terkait hal itu, Airlangga menargetkan agar Indonesia bisa meraih pendapatan per kapita hingga US$ 5.500 pada tahun depan.
Airlangga mengatakan setelah bertemu dengan dirinya, Sekjen OECD dijadwalkan untuk menemui Presiden Joko Widodo dan Menteri Keuangan Sri Mulyani. Ia menerangkan pada pertemuan itu, Mathias Cormann akan menyiapkan peta jalan keanggotaan Indonesia di OECD.
"Mereka akan membuat roadmap, roadmap-nya kapan mereka akan secara resmi bahas mengenai keanggotaan Indonesia. Kalau 38 negara itu setuju bahwa Indonesia berproses untuk menjadi anggota, nanti mereka akan mengeluarkan roadmap-nya," tegasnya.
Simak Video "Video Airlangga soal AS Soroti QRIS: RI Terbuka untuk Mastercard atau Visa"
(ncm/ega)