Direktorat Jenderal Hortikultura Kementerian Pertanian mengembangkan aplikasi Sistem Informasi Early Warning System dan Pengelolaan Tanam Hortikultura (EWS SIPANTARA). Aplikasi ini guna mengantisipasi dampak perubahan iklim subsektor hortikultura.
Dalam pengembangan EWS SIPANTARA, Kementan bekerja sama dengan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), Badan Informasi Geospasial (BIG), Badan Standarisasi Instrumen Pertanian (BSIP) dan Sekolah Vokasi Universitas Sebelas Maret. Aplikasi EWS SIPANTARA pun telah mulai disosialisasikan pada Selasa (15/8) yang lalu di Jakarta.
Adapun pengembangan EWS SIPANTARA untuk komoditas strategis hortikultura, khususnya bawang merah dan cabai, sejalan dengan arahan Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo untuk menyiapkan langkah adaptasi agar komoditas strategis hortikultura tidak bergejolak.
"Aplikasi EWS SIPANTARA ini adalah salah satu instrumen untuk melakukan pengendalian, terutama agar masyarakat bisa adaptasi dan mengantisipasi 3-4 bulan ke depan. Dengan EWS SIPANTARA diharapkan kegagalan dari pertanian, khususnya pertanian bawang merah dapat kita minimalisir," ujar Direktur Jenderal Hortikultura, Prihasto Setyanto dalam keterangan tertulis, Kamis (17/8/2023).
Sementara Direktur Perlindungan Hortikultura, Jevky Hendra berharap adanya EWS SIPANTARA mampu memberikan alternatif terbaik untuk menghadapi dampak perubahan iklim.
"Kami harap seluruh pihak terkait dapat berkoordinasi dan memanfaatkan data dari EWS SIPANTARA ini untuk mengambil kebijakan terbaik. Ini merupakan salah satu langkah penanganan dampak perubahan iklim dengan memberikan informasi yang lebih besar dan detail," ungkap Jekvy.
Di sisi lain, perwakilan Sekolah Vokasi Universitas Sebelas Maret, Darmawan Lahru Riatma mengungkapkan aplikasi EWS SIPANTARA telah diuji terlebih dahulu. Hasil pengujiannya pun telah sesuai dengan BRIN dan BMKG.
"Ada 3 pengujian, yaitu pengujian akurasi algoritma; pengujian jadwal, pengujian tanam, dan validasi lapang; serta kecepatan akses peta level kecamatan. Hasil dari ketiga pengujian yang dikeluarkan oleh sistem sudah sesuai dengan BRIN dan BMKG," kata Darmawan.
Perwakilan Pusat Riset Iklim dan Atmosfer BRIN, Albertus Sulaiman berharap hadirnya EWS SIPANTARA dapat berguna bagi Indonesia dan negara di Asia Tenggara.
"Jadi di negara-negara ASEAN itu sudah mulai timbul kesadaran untuk bersatu dan bekerja sama karena mau tidak mau perubahan iklim ini menerpa semuanya. Semoga sistem ini bisa disosialisasikan dan tidak hanya berguna untuk Indonesia tapi juga berguna bagi negara-negara lain di ASEAN," tutup Albertus.
(anl/ega)