Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/Kepala Bappenas Suharso Monoarfa mengungkapkan kondisi iklim dunia saat ini cukup mengkhawatirkan. Kondisi ini berpotensi mengancam keberlanjutan hidup masyarakat dunia, bahkan diproyeksikan lebih dari 100 juta penduduk dunia terancam miskin.
Suharso mengatakan, berdasarkan laporan IPCC, suhu rata-rata permukaan bumi terus meningkat dan kenaikannya sudah mencapai di atas 1,09 derajat dibandingkan periode 1850-1900.
Selain itu, per 18 Agustus 2023 kemarin tercatat konsentrasi CO2 global di atmosfer mencapai 419,55 parts per million atau naik 6,3% dibandingkan dengan 2011. Ini juga disertai dengan kenaikan muka air laut tiga kali lipat dari 1900-1971 akibat mencairnya lapisan es di kutub.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Dengan meningkatnya suhu di atas 1 derajat C, semua sistem kehidupan akan terganggu, ketersediaan SDA berkurang, potensi kekeringan tentu akan naik. Dan dalam situasi seperti itu wabah penyakit dan bencana alam mudah hadir, dan diperkirakan lebih dari 100 juta penduduk dunia akan miskin," kata Suharso dalam acara Dialog Nasional Antisipasi Dampak Perubahan untuk Pembangunan Indonesia Emas 2045, di Kantor Kementerian PPN/Bappenas, Jakarta Pusat, Senin (21/8/2023).
Selain itu, Suharso juga menyebut ada 4,8-5,7 miliar penduduk yang diproyeksikan mengalami kekurangan air pada 2050. Informasi ini berdasarkan pertemuan yang tengah dilangsungkan beberapa hari ini terkait dengan air dunia.
Ia melanjutkan, Indonesia sebagai negara kepulauan dan negara yang terletak di ring of fire, bencana alam yang ada didominasi hidrometeorologi dan mengakibatkan kerugian Rp 22,8 triliun per tahun dan menimbulkan korban jiwa 1.183 orang dalam 10 tahun terakhir.
"Diperkirakan kurun 2020-2024 perubahan iklim menyebabkan potensi kerugian ekonomi Rp 544 triliun. Oleh karena itu, dibutuhkan intervensi kebijakan, dan potensi kebijakan ini berasal dari penggenangan pesisir, kelangkaan air, kecelakaan kapal, kelangkaan beras, dan peningkatan kasus penyakit sensitif, dan lain sebagainya," ujarnya.
Selain itu, saat ini di Indonesia tengah disoroti soal kualitas udara. Suharso mengatakan, kualitas udara saat ini terbilang cukup buruk. Bahkan katanya, di Jawa Barat hanya tiga wilayah yang pagi ini mencatatkan kualitas udara baik alias hijau. Kondisi ini pun membuat Pemerintah DKI mengambil langkah kebijakan work from home untuk 50% ASN.
"Jakarta hari ini konon dianjurkan untuk 50% kerja dari rumah, work from home. Dan Pemerintah DKI memulainya karena kualitas udara kita cukup buruk," kata Suharso.
"Akhirnya saya ingin menekankan peningkatan resiliensi pada perubahan iklim akan memberi pengaruh positif pada kapasitas kita menyongsong Indonesia Emas 2045, karena itu kita harus mendorong basisi pengetahuan terkait perubahan iklim dan dampaknya terkait berbagai kebijakan," pungkasnya.
(shc/ara)