Panen Bawang Merah Agro Electrifying Parangtritis Capai 20 Ton/Hektare

Panen Bawang Merah Agro Electrifying Parangtritis Capai 20 Ton/Hektare

Inkana Putri - detikFinance
Kamis, 24 Agu 2023 22:23 WIB
Kementan
Foto: Dok. Kementan
Jakarta -

Kementerian Pertanian mengapresiasi Pemda Daerah Istimewa Yogyakarta atas capaian produksi bawang merah. Saat ini produksi bawang merah DIY terbilang surplus, dengan produksi paling besar dihasilkan dari Kabupaten Bantul khususnya Kapanewon Kretek, Sanden dan Imogiri.

Adapun Program Listrik Masuk Lahan atau dikenal sebagai Agro Electrifying disebut akan mendorong peningkatan produksi dan produktivitas pertanian, khususnya bawang merah.

"Tahun 2022 lalu neraca bawang merah DIY surplus 1.000 ton lebih. Lahan-lahan di sepanjang pantai selatan kini telah menjadi kawasan hortikultura utamanya bawang merah yang ditanam di musim kemarau. Teknik budidaya petani Parangtritis sudah mengarah ramah lingkungan, memperhatikan permukaan air tanah yang dangkal. Jadi minim sekali penggunaan pestisida kimia. Ini yang perlu dicontoh dan direplikasi ke daerah lain," ujar Direktur Jenderal Hortikultura, Prihasto Setyanto dalam keterangan tertulis, Kamis (24/8/2023).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Hal ini disampaikannya saat mengikuti Panen Perdana Bawang Merah Agro Electrifying di areal bawang merah seluas 200 hektar di Desa Parangtritis, Kapanewon Kretek Kabupaten Bantul DIY (24/8).

Prihasto menyebut adanya program Agro Electrifying mampu menghemat penggunaan energi 70% dibanding menggunakan BBM. Hingga saat ini, telah terpasang setidaknya 821 meter saluran listrik yang masuk ke lahan pertanian di Desa Parangtritis. Adanya program ini membuta para petani mulai beralih dari alat mesin pertanian dengan energi penggerak BBM menjadi listrik.

ADVERTISEMENT

"Dengan adanya listrik, biaya input produksi menjadi semakin murah, keuntungan petani bisa lebih besar lagi," jelas Prihasto.

Dalam kesempatan yang sama, Gubernur DIY, Sri Sultan Hamengkubowono X, mengaku senang dengan hasil panen bawang merah petani Parangtritis. Pihaknya pun berkomitmen untuk menjaga keberlanjutan produksi pangan seluas 35 ribu hektar dan tidak boleh mengalihfungsikan untuk keperluan nonpangan.

Terkait harapan petani agar ada skema khusus saat panen raya bawang merah agar harga tidak jatuh, Sri Sultan HB X meminta Pemkab Bantul bersama Pemprov DIY untuk menghidupkan kembali sistem dana talangan petani.

Ia menilai bawang merah varietas Tajuk yang dihasilkan Gapoktan Paris Makmur Parangtritis terbilang bagus. Hasil ubinan yang dilakukan Dinas Pertanian Bantul, bahkan mencatat produktivitas mencapai sekitar 20 ton/hektare.

Dengan harga bawang merah saat ini, petani juga mengaku masih mendapat untung. Hal ini disampaikan oleh salah seorang petani setempat, Tukimin. Ia menyebut produksi bawang merah pada musim tanam kedua ini hasilnya rata-rata bagus.

"Contohnya di lahan saya sendiri. Dari 3.000 meter persegi, sudah laku dibeli pedagang 72 juta. Modalnya sekitar 30 juta. Lumayan lah untungnya," kata Tukimin.

Tukimin menambahkan, waktu tanam bawang merah di Parangtritis telah terjadwal setiap tahunnya. Musim tanam pertama bulan Februari, kedua bulan Juli dan ketiga bulan Desember.

"Waktu tanam serempak bahkan diatur dengan Peraturan Desa. Seluruh kelompoktani harus kompak serentak tanam, tidak boleh ada yang mendahului, harus serentak. Kalau ada yang mendahului kita cabutin bareng-bareng. Ini kunci bawang merah Parangtritis terjaga dari serangan penyakit dan harga terjaga," pungkas Tukimin.




(akn/ega)

Hide Ads