Profesi host live streaming lahir dari perkembangan teknologi digital yang memunculkan tren-tren baru, termasuk di antaranya seperti live shopping atau berbelanja secara langsung lewat siaran di platform online.
Dalam siaran online tersebut, seorang host atau pemandu akan mempromosikan sekaligus menunjukkan secara langsung barang dagangannya. Bahkan, interaksi pun dapat dilakukan antara penonton kepada host lewat saluran chat dan direspons secara langsung oleh host lewat siarannya. Kegiatan ini mirip seperti pedagang di pasar Tanah Abang yang menawarkan langsung barang dagangannya ke pembeli yang lewat.
Lalu, seperti apa profesi host live shopping sebenarnya?
Salah seorang host live shopping, Revian mengatakan, dirinya merupakan streamer yang berada di bawah naungan platform Social Bread. Dalam kesehariannya, ia bisa live untuk klien yang menjual produk fashion hingga teknologi.
"Saya sebagai partner, freelancer gitu tapi berkontrak. Karyawan lepas tepatnya (mitra). Dibayar tetap per bulan di ujung, tapi hitungannya selama sebulan ikut berapa jam nih selama nge-live, berapa sesi lah," kata Revian kepada detikcom, di BSD, Tangerang, ditulis Jumat (1/9/2023).
Sebagai streamer yang bekerja di bawah naungan Social Bread, Revian tak perlu susah-susah menjangkau klien maupun menyediakan tempat. Di kantornya, sudah lengkap satu area booth dengan background yang telah didekor sedemikian rupa, serta produk yang harus dijajakannya. Setiap harinya, ia tinggal datang ke kantor untuk melangsungkan siaran.
Revian sendiri menilai profesinya ini cukup menjanjikan, apalagi kini banjir lowongan kerja yang menawarkan posisi host live streaming. Bahkan, seiring waktu minat pelaku usaha untuk menjadi klien kian membludak karena peningkatan antusiasme live shopping. Adapun dirinya sendiri, dalam satu hari bisa live hingga 5-6 jam. Sementara secara general, minimal streamer live dua jam untuk satu kali siaran.
"Untuk jam nge-live itu ditentuin sama Social Bread, dari brand-nya juga maunya live jam berapa. Misalnya klien bilang gini 'saya mau host yang ini, availablenya di jam berapa'. Jadi dari brand dan keputusan dari Social Bread juga," jelasnya.
![]() |
"Saya live total sehari 5-6 jam, tapi kadang kalau ada yang minta back up untuk live dia, ditotal sehari bisa 7-8 jam-an. untuk bayaran aku belum bisa bilang, tapi di atas UMR," tambahnya.
Sementara itu, Tiara, streamer lainnya, punya pengalaman yang sedikit berbeda. Tiara sendiri bekerja sebagai host di luar naungan platform alias mandiri. Tepatnya, ia merupakan bagian dari TikTok Affiliate, yang bertugas menawarkan barang yang dijual di TikTok Shop.
"Jadi biasanya aku ada beberapa beli barang-barang fashion yang aku beli di TikTok maupun dapat sample gratis dari seller. Jadi aku ngajuin (ke seller), terus seller-nya ACC dan kirim barangnya ke aku," jelas Tiara, saat dihubungi terpisah.
Setelah barang yang harus dijajakannya didapat, barang tersebut langsung ia masukan daftarnya ke keranjang kuningnya. Dengan demikian, ketika live streaming di mulai, para penonton tinggal menekan keranjang kuning untuk melihat dan memilih daftar produk-produk dari etalasenya itu.
Berbeda dengan Revian yang merupakan mitra berkontrak dengan perusahaan, Tiara mendapatkan penghasilan melalui komisi yang diberikan oleh brand yang produknya ia jajakan. Besarannya pun beragam, di kisaran 10-15%.
"Penghasilan terbesar itu di pas bulan-bulan Ramadhan kemarin. Itu lumayan membludak banget, views-nya lagi tinggi banget. Itu aku dapet di 1 minggu itu sekitar Rp 14 juta. Tapi itu omset kotor ya, kalau bersihnya di sekitar Rp 2-3 jutaan," jelasnya.
Walau pemasukan ini terbilang cukup besar dari hasil pekerjaan sampingannya yang kini masih berstatus mahasiswa S1, Tiara juga mengalami sejumlah tantangan sebagai streamer mandiri. Tantangan terbesar ialah jumlah penontonnya yang kerap naik-turun. Selain itu, aturan live streaming di TikTok pun terbilang cukup ketat.
"Misalnya kita nggak sengaja sebut kompetitor TikTok saat live, tanpa kita sadari itu adalah pelanggaran atau violation, itu tuh bikin viewers live kita jadi turun. Jadi susah ditebak gitu (viewers). Terus penghasilan kita juga kayak nggak bisa tinggi-tinggi terus, naik turun," kata Tiara.
"Tapi sukanya, kalau lagi pecah telor, lagi rame banget yang nonton dan banyak yang check out, kerasanya kayak dapat uang kaget dan membantu juga untuk mahasiswa karena ya jadi dapat penghasilan tambahan, juga dapat sample-sample gratis. Itu jadi kita nggak perlu belanja-belanja," tambahnya. (shc/das)