Bos Badan Pangan Sebut RI Siap Pasok 12 Ribu Ton Beras

Bos Badan Pangan Sebut RI Siap Pasok 12 Ribu Ton Beras

Aulia Damayanti - detikFinance
Senin, 04 Sep 2023 10:38 WIB
Aktivitas bongkar muat beras terlihat di Pasar Kebayoran, Jakarta Selatan, Rabu (3/5/2023). Secara nasional, harga beras premium per Selasa (2/5/2023) sebesar Rp 13.610 per kg, naik dari posisi akhir April yang sebesar Rp 13.590 per kg.
Ilustrasi/Foto: Ari Saputra
Jakarta -

Perubahan iklim dan menurunnya perekonomian akibat konflik global dapat menjadi penyebab terjadinya kelaparan dan kerawanan pangan. Terlebih harga pangan global semakin meningkat sejak 2021 dan diperkirakan terus mengalami eskalasi.

Kepala Badan Pangan Nasional/National Food Agency (NFA) Arief Prasetyo Adi memaparkan hal ini saat memberikan pidato dalam ASEAN Business & Investment Summit (ABIS) 2023 di Jakarta, Minggu (03/09/2023). Berkaitan dengan upaya mengantisipasi kerawanan pangan, Indonesia juga akan berkontribusi dalam pemenuhan stok beras bagi negara tetangga.

Arief mengatakan Indonesia berkomitmen menyediakan beras 12 ribu ton yang siap didistribusikan kepada negara membutuhkan. Hal ini dalam rangka penguatan sistem pengelolaan cadangan beras melalui ASEAN Plus Three Emergency Rice Reserve (APTERR).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Indonesia turut berperan aktif pada penguatan sistem pengelolaan cadangan beras regional melalui ASEAN Plus Three Emergency Rice Reserve (APTERR) dengan berkomitmen menyediakan beras sebanyak 12 ribu ton yang siap didistribusikan kepada negara yang membutuhkan. Kalau di kawasan ASEAN, harusnya kita yang bisa diandalkan soal pangan. Thailand dan Vietnam memang dinilai surplus, namun produksi kita masih lebih tinggi," kata Arief dalam keterangannya, dikutip Senin (4/9/2023).

Arief menerangkan pengembangan cadangan pangan dan sistem distribusi untuk stabilisasi rantai pasok, harga pangan, serta menyasar ke daerah rawan dan rentan pangan, merupakan arahan juga dari Presiden Joko Widodo (Jokowi). Upaya itu juga dilakukan untuk mengantisipasi kondisi kerawanan pangan di kawasan ASEAN.

ADVERTISEMENT

"Bahwa ASEAN butuh strategi taktis di tengah kondisi dunia yang sedang tidak baik seperti saat ini, untuk itu diperlukan kerja sama yang solid antarnegara. Tentu kami mendorong perwujudan itu, terutama untuk pengentasan kerawanan pangan dan membentuk ketahanan pangan di kawasan," ujar Arief.

Tahun ini Indonesia telah berhasil menjadi tuan rumah penyelenggaraan pertemuan The 43rd Meeting of ASEAN Food Security Reserve Board (AFSRB) dan menginisiasi "ASEAN Leader's Declaration on Strengthening Food Security and Nutrition in Times of Crises".

Dari situ, harapannya dapat memberi dorongan strategis guna memperkuat ketahanan pangan di ASEAN pada saat situasi darurat melalui integrasi antara aspek produksi pangan, rantai pasok, dan logistik.

Lebih lanjut, Arief turut pula mengenalkan kampanye 'Belanja Bijak' yang konsisten digaungkan oleh NFA di Tanah Air. Gerakan persuasi ini mengajak masyarakat untuk berbelanja bahan pangan secara bijak dan sesuai kebutuhan seperti kondisi normal, tidak mubazir.

Berlanjut ke halaman berikutnya.

Simak juga Video: 14 Negara di Asia Cari Solusi Atasi Perbaikan Gizi dan Nutrisi

[Gambas:Video 20detik]



Pada kesempatan yang sama, Former Secretary of Agriculture of the Philippines William Dar menyampaikan pidato yang mendorong ASEAN agar dapat mengharmonisasikan dan menyelaraskan kebijakan antarnegara menuju kerja sama dagang yang didambakan, terutama di bidang pangan. Ini merujuk karena pangan merupakan kebutuhan mendasar manusia dan sebagai landasan stabilitas ekonomi dan sosial.

Ditemui selepas acara, Arief turut membicarakan isu ketahanan pangan. Forum ASEAN di dalam tadi turut menaruh perhatian pula pada food resilient atau ketahanan pangan. Terkait itu, saya tertarik pada pernyataan dari Ibu Heliati (Founder Javara) yang mengatakan bahwa Indonesia itu memiliki hutan tropis dan bagaikan supermarket tanpa bill tagihan.

"Semua jenis tanaman dapat tumbuh di sini. Dengan itu, demi ketahanan pangan nasional kita, pilihannya tidak lain adalah melakukan berbagai upaya peningkatan produksi dalam negeri," ucap Arief.

Sebagaimana diketahui, pada Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) 2024, pemerintah menaikkan anggaran ketahanan pangan sekitar 7,8% dibandingkan tahun lalu, menjadi Rp108,8 triliun.

"Telah banyak upaya pemerintah dalam mewujudkan ketahanan pangan nasional. Mulai dari membangun reservoir, waduk, embung, sumur bor, sampai saluran irigasi. Tahun depan pemerintah siapkan anggaran 108,8 triliun rupiah. Dari itu memang tidak semua ada di NFA, tapi tersebar di berbagai kementerian dan lembaga. Ke depannya masyarakat agar dapat mengawal eksekusi program-program tersebut secara bersama-sama," pinta Arief.

Arief turut menuturkan perkembangan isu pangan nasional belakangan ini. Menurutnya, saat ini petani senang dengan Harga Acuan Pembelian (HAP) di Tingkat Produsen yang telah ditetapkan Badan Pangan Nasional.

"Itu memang tugas kami untuk secara cermat menghitung berapa harga pokok produksi dan margin petani. Yang terpenting dan harus didahulukan memang kalangan petani. Kalau di tingkat pertama sudah tertata baik, berikutnya tentu ke tingkat selanjutnya," urainya.

"Terkait realisasi bantuan pangan, pada September ini, Presiden sudah menyetujui untuk kembali menggelontorkan bantuan pangan beras sebanyak 640 ribu ton kepada 21,3 juta Keluarga Penerima Manfaat (KPM) dalam bentuk 10 Kg beras per KPM. Lalu ada pula bantuan pangan untuk Keluarga Risiko Stunting (KRS) berupa daging ayam ras dan telur ayam ras kepada 1,4 juta KRS. Semua bantuan akan dilaksanakan selama tiga bulan ke depan," pungkas Arief.


Hide Ads