Deretan bisnis Raffi Ahmad dan Kaesang Pangarep yang tutup secara permanen alias gulung tikar belakangan menjadi sorotan publik. Setidaknya terdapat 4 bisnis kuliner Kaesang dan 7 bisnis Raffi Ahmad yang tutup secara permanen.
Hal itu membuktikan bahwa popularitas tidak menjadi jaminan bisnis kuliner akan sukses. Sebab dalam menjalankan bisnis pasti ada pasang surutnya. Tidak hanya modal, dibutuhkan juga strategi yang matang agar bisnis tetap bertahan dan terus berkembang.
Menurut Pakar Marketing dan Managing Partner Inventure Yuswohady popularitas artis dalam sebuah bisnis kuliner memang menjadi faktor pendukung. Namun ada beberapa faktor yang jauh lebih penting agar konsumen tertarik, yakni kualitas produk, inovasi produk dan kepuasan konsumen.
"Jadi, sebenarnya pengaruh dari artis yang brand-nya kuat bukan faktor yang terpenting. Yang terpenting adalah product quality, product innovation, di layanannya. Beli bukan karena melulu artisnya apalagi artisnya udah lalu. Jadi kuncinya tetap di produk," katanya kepada detikcom, Minggu (17/9/2023).
Yuswohady melanjutkan, dalam berbisnis dibutuhkan kemampuan mengelola bisnis tersebut. Kemampuan yang dimaksud hampir dari segala lini dari proses kegiatan berbisnis.
"Dia harus punya skill atau kompetensi. Misal punya bisnis resto mulai dari supply chain, pembelian barang, bagaimana nyusun, menu bagaimana marketing, bagaimana treat karyawan biar ga keluar-keluar ada ilmu, butuh skill," ujarnya.
Selain kompetensi, Yuswohady menilai kualitas seorang pengusaha dilihat dari ketekunan berbisnis dalam jangka waktu yang panjang serta tidak menyerah saat bisnis dalam di ujung ambang kebangkrutan.
"Kedua, ketekunan. Kadang-kadang dia belum punya skill, tapi dia tekuni terus akhirnya skill terakuisisi gitu. Bisnis itu kuncinya ketekunan. Kualitas seorang entrepreneur itu ketekunan dalam waktu yang panjang, bukan cuma tiga bulan, enam bulan, setahun. Skill-nya jago pun kalau nggak istiqomah, nggak kerja keras, nggak tekunin dalam jangka panjang, maka bisnis juga akan luruh, akan menguap," jelasnya.
Yuswohady juga menambahkan popularitas artis hanya faktor pendukung. Ada beberapa faktor penting agar konsumen tertarik, mulai dari segi kualitas produk, inovasi produk, dan kepuasaan konsumen.
"Jadi, sebenarnya pengaruh dari artis yang brand-nya kuat bukan faktor yang terpenting. Yang terpenting adalah product quality, product innovation, di layanannya. Beli bukan karena melulu artisnya apalagi artisnya udah lalu. Jadi kuncinya tetap di produk," katanya.
Hal serupa juga disetujui oleh Pakar Pemasaran sekaligus Founder and Chairman MCorp Hermawan Kartajaya. Dia mengatakan betapa pentingnya membuat keunikan dalam berbisnis.
"Diferensiasi itu artinya pembeda, unik. Nggak usah jadi yang terbaik, nggak usah jadi yang bagus dari kompetitor, yang penting kamu punya keunikan. Makanya, itu keunikannya apa, bukan cuma murah, bukan cuma terkenal," ujarnya.
Dia juga menjelaskan diferensiasi bisa dengan dua cara. Pertama, diferensiasi konteks berupa cara yang bisa membuat konsumen semakin tertarik, misalnya tampilan kemasan atau dekorasi restoran. Kedua, diferensiasi konten berupa produk atau jasa apa yang bisa ditawarkan kepada konsumen, seperti menu yang berbeda.
"Diferensiasi bisa konten bisa konteks. Kalau konteks kan oh ini punyanya Raffi Ahmad punyanya Kaesang, konten kan itu betul-betul makanan ini bedanya dimana. Kalau cuma populer tok nggak bisa, tapi beberapa bisnisnya Kaesang dan Raffi Ahmad memang berhasil. Ada diferensiasi misal ada Beach Club di Padang, itu punya Raffi Ahmad. Saya pernah pergi, kan itu unik," imbuhnya.
(das/das)