Produksi 1,2 Juta Ton Beras Terancam Gagal Imbas Kemarau Panjang

Produksi 1,2 Juta Ton Beras Terancam Gagal Imbas Kemarau Panjang

Herdi Alif Al Hikam - detikFinance
Selasa, 03 Okt 2023 20:19 WIB
Petani memanen padi di areal persawahan Desa Gumalar, Kabupaten Tegal, Jawa Tengah, Sabtu (8/4/2023). Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) memproyeksi total produksi beras pada musim puncak panen raya Maret hingga April 2023 mencapai 8,7 juta ton, produksi tersebut dihasilkan dari luas panen yang diprediksi mencapai 2,86 juta hektare. ANTARA FOTO/Oky Lukmansyah/hp.
Ilustrasi.Foto: ANTARA FOTO/Oky Lukmansyah
Jakarta -

Kementerian Pertanian mengatakan telah terjadi penurunan produksi pangan di Indonesia imbas El Nino. Salah satunya padi.

Ujungnya, produksi beras dalam negeri ikut turun.

"Kami laporkan sesuai arahan presiden mengenai komoditas pangan kita, sementara ini sangat cukup baik sekali walaupun ada beberapa penurunan produksi, utamanya di sektor tanaman pangan yang sangat terdampak sekali El Nino dan musim kemarau yang lebih panjang dari perkiraan sebelumnya," ujar Wakil Menteri Pertanian Harvick Hasnul Qolbi ditemui di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta Pusat, Selasa (3/10/2023).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Menurut Harvick kemungkinan produksi 1,2 juta ton beras bakal terganggu imbas El Nino. Sementara target pemerintah hingga akhir tahun dapat melakukan panen sebesar 30 juta ton.

"Ini yang sementara bisa kita identifikasi kurang lebih 1,2 juta ton, tapi kalau kita mengacu pada angka produksi kita yang di atas 30 juta ton, mudah-mudahan ini tidak terlalu terdampak serius," sebut Harvick.

ADVERTISEMENT

Pemerintah sendiri sejauh ini sudah melakukan impor beras untuk memenuhi cadangan pangan pemerintah. Jadi, meskipun ada potensi penurunan produk, jumlah pasokan dalam negeri bisa dipenuhi.

"Sesuai arahan Presiden, adapun penurunan produksi beras coba kita atasi sementara ini dengan melakukan kegiatan impor sebagai salah satu bentuk cadangan pangan CBP," ujar Harvick.

Sementara itu, dia mengatakan untuk menekan harga di pasar, pemerintah akan melakukan operasi pasar dengan membanjiri beras murah ke pasar.

"Mudah-mudahan ini cukup efektif kita lakukan, bersinergi dengan kementerian lain, utamanya Kemendag dan Bapanas," sebut Harvick.

Sesuai hasil prediksi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), puncak El Nino awalnya diprediksi bulan September. Namun dari data satelit yang terkini, pihaknya melihat bulan Oktober ini siklus El Nino nampaknya masih akan terjadi.

"Jadi puncak ini masih bertahan diprediksi sampai akhir Oktober dan bulan November mulai terjadi transisi dari kemarau ke musim hujan," ungkap Dwikorita Karnawati di tempat yang sama.

Secara umum, Dwikorita sendiri mengatakan sebetulnya siklus El Nino akan berlangsung secara moderat hingga akhir tahun ini. Kemudian baru benar-benar melemah di bulan Februari dan Maret.

"Artinya, masih cukup panjang beberapa bulan ke depan, namun Alhamdulillah karena adanya angin monsoon dari arah Asia sudah masuk, mungkin mulai November jadi kita insyaallah akan mulai turun hujan di bulan November, artinya pengaruh El Nino akan mulai tersapu oleh hujan, sehingga diharapkan kemarau kering insyaallah berakhir secara bertahap," beber Dwikorita.

(hal/hns)

Hide Ads