Profesi petani terkadang bukan sesuatu yang dianggap, bahkan seringkali dipandang sebelah mata. Padahal menjadi petani merupakan pekerjaan yang sangat menguntungkan jika ditekuni dengan baik, seperti yang dilakukan oleh Mukhtar.
Pria kelahiran 1989 ini membuktikan profesi sebagai petani tak kalah sukses dengan para petinggi kantoran. Meski begitu, penghasilannya kini yang mencapai ratusan juta rupiah setiap bulannya tidaklah instan.
"Awalnya merintis bisnis stroberi tahun 2006, mulai dari seorang petani stroberi, lalu ada inisiatif untuk memasarkan stroberi ke pasar-pasar. Nah sejak itu saya berpikir untuk mengembangkan stroberi. Soalnya laku banyak peminatnya," jelas Mukhtar kepada detikcom belum lama ini.
Pada awalnya, Mukhtar yang saat itu masih berusia 17 tahun mencoba membudidayakan 5 pohon stroberi di pekarangan rumahnya di Desa Serang, Kecamatan Karangreja, Kabupaten Purbalingga. Namun, dari 5 pohon tersebut ia terus kembangkan, yang awalnya hanya menghasilkan 1 ons menjadi puluhan kilogram buah stroberi.
"Awalnya budi daya stroberi jenis santung paling 5 pohon, lalu dikembangkan dari stolon. Kalau awalnya bibit jenis stroberi santung kalau di sini masuknya stroberi. Itu setahun kemudian sudah banyak, karena perkembangbiakannya cepat," ujar Mukhtar.
Saat mulai kerepotan memperbanyak stroberi sendiri, Mukhtar masih terus mengembangkan stroberi hingga memberdayakan para petani di sekitarnya. Ia pun memberikan modal bibit kepada mereka yang nantinya ia kumpulkan lagi hasil panennya.
![]() |
Tak hanya mengembangkan stroberi jenis santung, dengan lincahnya Mukhtar mendatangkan beragam jenis stroberi seperti dari Bandung. Saat itu ia mulai menyadari kebutuhan pasar, selain daripada stok lokal di Desa Serang yang memang terbatas.
Berkat kegigihannya, Mukhtar kini bisa menikmati hasil jerih payah selama belasan tahun membudidayakan stroberi. Ia mengaku saat ini bisa menghasilkan puluhan kilogram buat stroberi dari sekitar 5 ribu pohon.
Saat ini, sekitar 3 hektare lahan yang ia garap bersama 15 orang pekerjanya setiap hari. Sebagian ada yang bertugas di kebun untuk melakukan perawatan rutin, dan sisanya membantu melakukan pengiriman stroberi ke pasar-pasar seperti toko buah, hingga toko oleh-oleh.
"Kalau ke pasar distribusinya biasanya sudah dikemas pakai plastik mika, biasanya ke Banjarnegara sampai Tegal. Ke toko-toko buah, kebanyakannya, rutin dikirim setiap hari," jelasnya.
Beruntungnya, kebun dengan luas lahan 3 hekatare tersebut tepat berada di depan Desa Wisata Lembah Asri Serang. Sehingga selain memasarkan stroberi dalam bentuk kemasan ke toko-toko, ia memanfaatkan kebun tersebut untuk menjadi salah wahana wisata petik stroberi. Berbeda dengan harga di toko-toko, Mukhtar menjual stroberi yang dipetik sendiri konsumen dengan harga yang lebih mahal.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
"Kalau di desa wisatanya untuk Sabtu-Minggu kurang lebih penjualannya 50 kg, tapi harganya lebih tinggi, kalau di tempat wisata itu dijual Rp 70 ribu per kg," jelasnya.
Mukhtar mengaku saat ini penghasilannya bisa mencapai Rp 6 juta sehari. Pendapatan itu berasal dari hasil panen stroberi yang mencapai 2 kwintal setiap harinya.
"Sebulan omzet Rp 180 juta, cuma ya penghasilan kotor. Paling ramai tahun 2022, itu saat Lebaran omzetnya bisa Rp 10 juta per hari, pas musim Lebaran aja, pas kebetulan banyak pengunjung," ungkap Mukhtar.
Kesuksesannya dalam mengembangkan bisnis stroberi diakui Mukhtar tak terlepas dari adanya dana yang ia pinjam dari BRI. Melalui program Kredit Usaha Rakyat (KUR), perlahan Mukhtar dapat memperluas kebunnya dari hanya di pekarangan kini bisa mencapai hektaran.
"Saya pinjam ke BRI sekitar tahun 2010 untuk modal beli lahan, terus mengembangkan usaha. Kalau pinjam ke BRI sudah berkali-kali, paling lama ambil tenor 2 tahun. Awal-awal pinjam Rp 30 juta, terus kemarin juga Rp 100 juta tenornya 2 tahun. Total pinjam ke BRI sudah ada 8 kali, rata-rata pinjam Rp 30 juta, kadang Rp 25 juta pas keluar KUR, terus pinjam Rp 100 juta kemarin-kemarin," paparnya.
Mukhtar mengatakan pinjaman modal yang mencapai Rp 100 juta itu ia gunakan untuk membeli lahan. Sebab sebelumnya ia hanya mampu menyewa lahan, yang saat ini baru ia miliki 1 hektare dari total 3 hektare lahan yang digarap.
"Sekarang lahan 3 hektare itu kebanyakan sewa, cuma yang punya sendiri juga banyak, sekitar 1 hektare. Harga tanahnya mahal. Ke depan pengennya sih modal sendiri, tapi kalau ada prospek lebih bagus lagi, terus mendesak ya pengen pinjam lagi," ungkap Mukhtar.
detikcom bersama BRI mengadakan program Jelajah Desa BRILiaN yang mengulas potensi dan inovasi desa di Indonesia baik dari segi perkembangan ekonomi, infrastruktur, hingga wisata serta dampaknya terhadap masyarakat lokal maupun nasional. Untuk mengetahui informasi program Desa BRILiaN lebih lanjut, ikuti terus informasinya hanya di jelajahdesabrilian.detik.com!
(prf/ega)